Filosofi Orang Jawa yang Masih Dipakai Sampai Saat Ini
Suku Jawa adalah salah satu suku terbesar di Indonesia, selain menjadi suku terbesar, Suku Jawa memiliki banyak filosofi hidup yang memberi banyak arti dalam kehidupan. Namun jangan kaget, ternyata filosofi orang Jawa yang masih dipakai sampai saat ini masih banyak dan selalu dipatuhi. Hal inilah yang menyebabkan orang Jawa selalu berhati-hati dalam bertingkah laku, dan menjadikan orang Jawa mudah diterima oleh penduduk setempat saat mereka merantau, selain disebabkan tutur katanya yang lembut juga tingkah lakunya yang menjunjung kesopanan.
Filosofi hidup orang Jawa ini masih sangat dijaga dan juga tetap dipelajari, hal ini disebabkan adanya nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Budaya Jawa agar terbina kehidupan yang baik. Dengan menjunjung tinggi falsafah atau filosofi Jawa, menjadikan orang Jawa bisa berbaur dengan siapa saja, dan hal ini juga yang menjadikan orang Jawa bisa bertahan hidup di mana saja.
Suku Jawa (Sumber gambar: ublik.id) |
Filosofi Jawa yang Tetap Dipelihara Sampai Sekarang
Dalam pandangan filosofi Jawa banyak sekali hal yang menjadi pegangan hidup orang Jawa, salah satunya adalah mangan ora mangan kumpul (yang arti harfiahnya sebagaig makan atau tidak makan, yang penting berkumpul), namun pandanan ini ternyata tidak terbukti, karena banyaknya orang Jawa yang juga senang merantau.
Baca juga: Taman, Sebuah Mesin Pembersih di Tengah Kota.
Menurut filosofi dan juga pandangan orang Jawa, terdapat beberapa hal yang harus didahulukan (Sumber: Arif Wijaya, dalam Intisari No. 566, Agustus 2010), yaitu
- Karyo (Pekerjaan).
- Astono (Rumah atau tempat tinggal).
- Turonggo (Pendamping hidup).
- Kukilo (Perlengkapan rumah tangga).
Karyo (Pekerjaan)
Karena membutuhkan pekerjaan, hal ini membuat orang Jawa rela untuk merantau dan meninggalkan kampung halaman, bahkan sampai rela menjadi TKI (Tenaga KERJA indonesia). Termasuk rela menjadi tenaga kerja gelap, bahkan dengan bantuan perantara para tekong, dengan jalan pintas berusaha untuk mendapatkan paspor di Kepulauan Riau dan berusaha untuk masuk ke Singapura atau Malaysia, dengan risiko dikejar-kejar Polisi Diraja Malaysia karena tidak memiliki ijin tinggal. Sungguh mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan (karyo) demi menjaga kehormatan, harkat dan martabat.
Astono (Tempat tinggal)
Tempat tinggal dalam pandangan orang Jawa menjadi prioritas yang kedua. Begitu seseorang sudah deWasa dan mendapatkan pekerjaan, mereka akan mendapatkan nasihat dari orang tua agar memiliki rumah tinggal sebagai tempat berteduh. Sehingga seseorang akan memiliki Motivasi tinggi ketika sudah mendapat pekerjaan, berusaha untuk menabung guna memiliki teMpat tinggal (astono).
Turonggo
Turonggo secara falsafah Jawa beraRti kuda untuk kendaraan. Kendaraan ini bisa berarti bermacam-macam, mulai dari sepeda, motor, kendaraan roda empat, tergantung tingkat kepentingan dan strata sosial dan juga citra pribadi seseorang. Semakin tinggi tingkat status sosialnya, orang Jawa akan menjadi semakin pemilih dalam menentukan kendaraan. Disamping memiliki makna lain berupa kendaraan, turonggo juga bermakna istri sebagai pendamping hidup, dengan adanya istri diharapkan hidupnya akan menjadi semakin teratur dan juga lebih tertata dengan baik.
Kukilo
Kukilo dalam filosofi Jawa memiliki makna tersurat sebagai bunyi-bunyian. Bisa juga diartika sebagai peliharaan atau kelangenan. Dengan berkembangnya jaman, kukilo tidak hanya berarti burung (burung perkutut), namun juga bisa berarti alat-alat elektronik, termasuk diantaranya koleksi barang antik.
Itu dia filosofi orang Jawa yang masih dipakai sampai saat ini, semoga bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda dan bisa menjadi pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Belum ada Komentar untuk "Filosofi Orang Jawa yang Masih Dipakai Sampai Saat Ini"
Posting Komentar