Resensi Novel “Rantau 1 Muara”
Berbicara tentang rangkaian cerita dari novel yang ditulis seorang penulis. Begitu pula dengan Trilogi Negeri 5 Menara, setelah terbit 2 buku sebelumnya, yaitau Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna yang memiliki kisah menarik pada setiap episodenya, kini sampailah pada buku terakhir dari sebuah trilogi yang juga memiliki kisah menarik pada setiap bab yang ditulis oleh seorang A. Fuadi, yaitu “Rantau 1 Muara”. Sebegitu menariknya sebuah buku, hingga resensi novel “Rantau 1 Muara” ini turut mengikuti dari karya terbaik seorang A. Fuadi.
Identitas Buku:
- Judul: Rantau 1 Muara
- Penulis: A. Fuadi.
- Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Tahun terbit : Cetakan pertama Mei 2013.
- Tebal buku: 407 halaman
- ISBN: 978-979-22-9473-6
Rantau 1 Muara ini merupakan puncak dari cerita Trilogi yang ditulis A. Fuadi, yang merupakan kisah pencarian tempat berkarya, pencarian belahan jiwa dan pencarian di mana hidup akan muara. Selain itu novel Rantau 1 Muara adalah buku ketiga dari trilogi “Negeri 5 Menara” yang ditulis A. Fuadi, seorang novelis asal Minang yang pernah tinggal di Washington DC, London, Quebec dan Singapura.
Resensi Buku “Rantau 1 Muara”
Sebagai seseorang yang sudah memiliki jiwa yang selalu haus akan ilmu, haus akan belajar, begitu pula dengan seorang Alif Fikri yang sudah memiliki jiwa yang sama yang dididik oleh Amak dan juga menjadi seorang anak muda yang pernah belajar di Pondok Madani.
Berpetualanglah sejauh mata memandang.
Mengayuhlah sejauh lautan terbentang.
Bergurulah sejauh alam berkembang."
Kepercayaan diri Alif yang sedang menggelagak. Sudah separuh duania dikelilingi, tulisannya pun sudah banyak tersebar di berbagai media, dan yang menarik Alif diwisuda dengan nilai terbaik. Bahkan bagi seorang wisudawan terbaik, tentu memiliki rasa optimis dan sedikit pongah, bahwa perusahaan mana pun pasti akan tergiur untuk merekrutnya.
Novel “Rantau 1 Muara” |
Namun, ternyata harapan dan impian itu berbading terbalik dengan kenyataan yang ada. Ternyata Alif lulus di saat yang salah, menjelang akhir era 90-an adalah masa dimana saat itu bertepatan dengan masa reformasi berlangsung. Indonesia dicekik dengan krisis ekonomi dan sedang dikoyak dengan reformasi. Lowongan pekerjaan sulit dicari. Bahkan berbagai perusahaan yang sudah terlanjur menerimanya membatalkan penerimaan tersebut. Kepercayaan diri Alif mulai goyah, bagaimana agar Alif bisa menggapai semua mimpinya.
Baca juga: Resensi Novel “Ranah 3 Warna”.
Dan kembali pada dua mantra yang selalu dipegang Alif, yaitu Man jadda wa jada dan Man shabara zhafira, hingga suatu saat, secercah harapan muncul saat Alif diterima menjadi wartawan ibukota, yaitu “Derap”. Disanalah segala impian dan harapan mulai muncul, disaat mulai terbuka karir yang diimpikan, dan disana pula hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu sempat dicurigainya. Dinara, menjadi sebuah nama dimana Alif menambatkan hatinya untuk yang terakhir. Kemana arah hubungan Alif dan Dinara? Menjadi semakin menarik kalau Anda membaca semua buku trilogi ini dari awal sampai akhir.
Pada akhirnya konsep mantra ketiga, yaitu “man saara ala darbi washala -siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ditujuan”, mantra ini kembali menuntun Alif dalam pencarian hidupnya. Takdir pada akhirnya menerbangkan Alif ke Washington DC. Dan pada akhirnya bisa memboyong Dinara bekerja sebagai sebuah tim dalam Dynamic Duo. Life is perfect, sampai terjadi tragedi 11 September 2001 di New York yang menggoyahkan jiwanya. Pertanyaan demi pertanyaan hinggap di pikiran Alif, bagaimana Mas Garuda yang sudah dianggapnya kakak harus pergi dan menghilang karena terjadi tragedy tersebut Dan pada akhirnya Alif dipaksa harus memikirkan misi hidupnya, darimana dirinya bermula dan kemana dirinya akhirnya akan bermuara?
Hidup hakikatny adalah perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang satu, ke yang awal, yaita Maha segala muara.
Kelebihan Novel “Rantau 1 Muara”
Sama halnya dengan novel karya A. Fuadi sebelumnya, maka pada novel “Rantau 1 Muara” ini memberikan banyak motivasi dan nasihat yang luar biasa. Bahkan di awal novel ini sudah disampaikan pepatah dari Imam Al-Ghazali yang memberikan motivasi kuat, khususnya pada Alif, yaitu
Jika Kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”.Bahkan diantara tawaran dan peluang untuk bekerja termasuk saran Amak untuk menjadi pegawai negeri. Alif hanya teringat pesan Kiai Rais, “Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan terbentuk matang. Banyak profesi di luar sana, usahakanlah untuk memilih yang paling mendewasakan dan yang paling bermanfaat buat sesama. Lalu kalau nanti sudah bekerja, jangan puas jadi pegawai selamanya, tapi punyailah pegawai.”
Baca juga: Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”.
Novel “Rantau 1 Muara” |
Begitu saat ingin mencapai sesuatu, misalnya impian, novel ini juga memberikan motivasi tinggi seperti yang disampaikan Kiai Rais:
Berusahalah untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kalian setiap tiga sampai lima tahun. KONSISTEN-lah selama itu,maka insya Allah akan ada terobosan prestasi yang tercapai.”
Selain itu kutipan majalah Writers Quaterly dengan judul, “Finding Your Pasion at Work", ternyata memberika motivasi sehingga menjadi kelebihan novel ini, isinya adalah kutipan ceramah penulis Sidney Sheldon tentang kariernya di Academy of Achievement pada tahun 1990, yang menyampaikan, “find what you want to do and do it”. Temukan apa yang ingin kamu lakukan dan lakukan itu. Dan yang lebih penting adalah “love what you are doing”. Cintai apa yang kamu lakukan. Dan ada kelanjutannya, yaitu “When you love what you are doing, you do not look at the clock. It is just wonderful.”
Sebagai novel puncak dari Trilogi Negeri 5 Menara, maka 3 mantra wajib ini seolah menjadi motivasi bagi semua pembaca buku atau novel ini, yaitu:
- Man jadda wajada – Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
- Man shabara zhafira – Siapa yang bersabar akan beruntung.
- Man saara ala darbi washala – Siapa yang berjalan dijalannya akans ampai ke tujuan.
Sebagai novel yang menceritakan kisah hidup penulisnya ditambah dengan bumbu cerita yang menarik, novel ini memang sangat menginpirasi dan tentunya meskipun tidak membaca secara berurutan namun masih bia dicerna alur kisah dalam novel ini. Tetapi alangkah baiknya bila novel ini dibaca mulai dari kisah awal Tetralogi Negeri 5 Menara.
Kekurangan Novel “Rantau 1 Muara”
Berbicara tentang sebuah karya, pasti terdapat kekurangan. Namun bisa dikatakan kekurangan yang ada di novel Rantau 1 Muara ini sangat minim sekali ata Saya saja yang tidak menemukannya. Mungkin saja ending akhirnya dimana Ma Garuda atau bagaimana kehidupan Alif dan Dinara setelah sampai di Jakarta dan bagaimana kelanjutan kisah hidupnya yang harus diperjelas, khususnya dalam meraih mimpi mereka setelah tiba di Indonesia.
Itu dia sedikit resensi novel “Rantau 1 Muara” karya A. Fuadi, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Rantau 1 Muara”"
Posting Komentar