Resensi Novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”
Membaca kisah sejarah, apalagi sejarah tentang kisah Kerajaan Besar Majapahit seperti membaca kejayaan besar Majapahit yang mampu menguasai seluruh wilayah nusantara dalam satu kekuasaan Majapahit. Begitu pula dalam novel Gajah Mada ini, yang menggabungkan antara kisah fiksi dan cerita sejarah yang dirangkum apik oleh penulis Langit Kresna Hariayadi seperti mengajak kita untuk turut serta menyelami apa yang terjadi saat itu. Tertarik melanjutkan kisah Gajah Mada, maka pada kesempatan ini akan disampaikan resensi novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”. Dalam buku keempat ini menjadi sebuah kisah menarik, apalagi diselipkan sedikit tentang sejarah Sunda dan kehidupan budayanya.
Begitu hebatnya karya seorang penulis yang membuat karya tulisnya seolah mengajak pembaca untuk turut serta menjiwai kedalaman hasil karyanya. Bagi seorang pembaca yang menyukai kisah sejarah pasti tidak akan melewatkan kisah Gajah Mada mulai dari buku satu yang ditulisnya. Dengan mengikuti kisahnya mulai dari buku 1, Anda seolah turut mengikuti segala perjalanan yang dialami Gajah Mada mulai dari keberhasilannya menyelamatkan Prabu Jayanegara dari ancaman pembunuhan Ra Kuti, sampai dengan bagaimana terbunuhnya Jayanegara karena ulah Ra Tanca.
Bahkan tidak hanya itu, kemampuan Gajah Mada yang berhasil menghindarkan Majapahit dari pertumpahan darah karena perebutan kekuasaan di antara kerabat istana menjadi sebuah penilaian tersendiri bagi Raja, bahkan saat dua wilayah Majapahit, yaitu Keta dan Sadeng yang ingin melepaskan diri dari Majapahit, lagi-lagi Gajah Mada berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Dan tentunya hal ini menjadikan Gajah Mada menjadi seorang Patih Utama atau Patih Amungkubumi, ditambah dengan sumpahnya yang terkenal yaitu “Sumpah Palapa” menjadi sebuah tekad Gajah Mada untuk menyatukan nusantara dibawah naungan panji-panji Majapahit.
Identitas Buku:
Resensi Buku “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”
Pada buku keempat ini dalam episode “Sanga Turanga Paksowani” Sumpah Palapa yang disampaikan Gajah Mada di Balai Manguntur yang saat itu banyak meremehkan dan dianggap mustahil, sedikit demi sedikit mulai terbukti dan menjadi kenyataan. Melalui kerja keras dan tanpa kenal lelah, Gajah Mada berhasil dan Majapahait bisa menggapai puncaknya.
Selain kisah Gajah Mada yang berhasil menggapai cita-cita untuk menjadikan Majapahit sebagai negara super power di zaman itu, terdapat kisah menarik sebagai selingan yang membuat Anda penasaran untuk menyelesaikan kisah cerita di balik buku yang menarik ini, yaitu kisah keluarga mantan Pasukan Bhayangkara Pradhabasu, yang harus mencari Prajaka yang karena salah paham sehingga menghilang dan menjadi sosok lain selain Parajaka, yaitu sosok Saniscara yang pada akhirnya mencintai Putri Kerajaan Sunda Galuh, yaitu Dyah Pitaloka Citraresmi.
Kisah ini menjadi sebuah kisah menyedihkan karena di balik obsesi dan ambisi Gajah Mada untuk membangun kebesaran Majapahit ternyata berbuah bencana. Rencana perkawinan Prabu Hayam Wuruj dan Dyah Pitaloka Citraresmi berujung pada peristiwa berdarah di Lapangan Bubat karena Gajah Mada memaksa Kerajaan Sunda Galuh tunduk pada Majapahit dan meminta Dyah Pitaloka dijadikan sebagai putri persembahan, yang membuat rombongan dari Sunda Galuh menolak pemaksaan tersebut.
Baca juga: Resensi Novel “Gajah Mada – Sumpah di Manguntur”.
Orang-orang Sunda memberikan perlawanan, kekuatan yang tidak seimbang membuat seluruh rombongan calon mempelai perempuan tertumpas habis, termasuk Dyah Pitaloka yang mengakhiri hidupnya di ujung kujang. Bahkan kisah kelabu tersebut menjadi lembaran sejarah kelabu yang membuat kecermelangan Gajah Mada menjadi meredup.
Novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani” |
Kelebihan Novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”
Sebagai kisah fiksi yang dipadukan dalam sejarah, menjadikan buku ini menjadi buku yang bagus membuat rasa penasaran akan cerita Gajah Mada menjadi tidak terhenti. Begitu pula dalam buku ini, kalau hanya mengungkap fakta sejarah tentu tidak akan menarik, namun dikemas dalam bentuk cerita fiksi dengan tokoh tambahan menjadikan buku ini menjadi buku pilihan yang layak untuk dibaca.
Begitu pula dalam Buku Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani seolah memberikan kisah bagaimana sosok Gajah Mada dengan egonya dan keyakinannya berusaha mempersatukan wilayah nusantara meskipun pada akhirnya terjadi peristiwa berdarah di Lapangan Bubat.
Kekurangan Novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”
Meskipun memberikan kisah menarik, tentu di dalam cerita ini juga menunjukkan kisah yang masih memberikan pertanyaan tentang bagaimana kisah lainnya, seperti kelanjutan kisah cinta Kuda Swabaya dengan sosok emban dari Ibu Ratu Dyah Wiyat dan juga kisah lainnya, namun demikian tetap kisah ini sangat menarik untuk dibaca
Itu dia, sedikit resensi novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”, semoga bermanfaat, menghibur dan menginspirasi kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Gajah Mada – Sanga Turanga Paksowani”"
Posting Komentar