Resensi Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”
Sejarah suatu bangsa seperti layaknya informasi dan pengetahuan yang bisa membangkitkan jiwa untuk selalu bisa mempertahankan semangat dan keutuhan negara. Hal ini pula yang menjadi daya tarik sebuah karya yang diramu dengan kisah cerita yang membuat pembacanya tersihir untuk menjadi pelaku dalam karya yang dibacanya. Inilah yang menjadi kelebihan sang penulis, Langit Kresna Hariadi. Begitu pula dengan karya kedua dari si penulis, yang memberikan gambaran bahwa harapan untuk menjaga keutuhan sebuah bangsa selalu diikuti dengan ujian dan cobaan. Untuk itu resensi novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara” sebagai sedikit ringkasan apa saja yang diramu penulis dalam kisah Gajah Mada yang penuh semangat.
Sebagaimana karya sebelumnya yaitu “Gajah Mada - Makar Dharmaputra”, buku ini tidak hanya memberikan sebuah cerita fiksi, namun juga memberikan bukti dan kisah sebenarnya. Sebagai karya sastra, novel ini memiliki kekuatan yang sangat menjebak, tidak hanya memberikan kisah yang imajinatif, namun memberikan kisah yang mengagetkan.
Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara” |
Sebagai pecinta buku, dan pecinta novel, karya Langit Kresna Hariadi memberikan kisah mendalam apalagi gambaran luar biasa tentang kebesaran Majapahit sebagai kerajaan besar, bahkan tidak hanya itu, detail-detail kisah sejarah yang diramu sedemikian bagus tanpa adanya kesan menggurui menjadi kekuatan dari novel kedua dari novel serial Gajah Mada ini.
Identitas Buku:
- Judul: Gajah Mada – Takhta dan Angkara.
- Penulis: Langit Kresna Hariadi
- Penerbit: Tiga Serangkai.
- Tahun terbit : Cetakan ke-1 2012.
- Tebal buku: xii + 508 halaman.
- ISBN: 978-979-084-835-1.
Resensi Buku “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”
Dalam sebuah kisah kejayaan kerajaan jaman lampau pasti memiliki kisah menarik, bahkan diantaranya perebutan kekuasaan dan intrik-intrik politik di tataran elite Kerajaan Majapahit, yang pada akhirnya menjebak rakyat yang tidak berdaya menjadi korban. Bahkan beberapa abad lalu, saat Majapahit bertakhta di tanah Jawa, konspirasi politik tingkat tinggi telah dengan kompleks menjadi bagian realitas kehidupan didalamnya.
Sembilan tahun yang lalu semenjak makar Ra Kuti berhasil ditumpas, luka-luka yang ditimbulkan akibat nafsu kuasa yang tak terkendali dari para Dharmaputra Winehsuka bisa disembuhkan dan kesejahteraan rakyat bisa dipulihkan. Namun, meskipun sudah terselesaikan, tugas Gajah Mada masih belum bisa dikataan tuntas, hal ini disebabkan godaan kekuasaan yang menyebabkan rusaknya tatanan yang memupus perjalanan hidup Jayanegara dan pada akhirnya menarik kembali Gajah Mada dalam arus deras perebutan kekuasaan singgasana Majapahit.
Baca juga: Resensi Novel “Gajah Mada”.
Begitu pula dalam kisah kedua Gajah Mada ini yang dikemas menarik, dalam karya ini diceritakan bagaimana seorang Gajah Mada harus mengambil langkah penyelamatan terhadap kemungkinan bahaya keretakan yang mengancam negara pasca kematian Jayanegara. Intrik-intrik perebutan kekuasaan yang dilakukan pendukung Raden Cakradra yang memperistri Sri Gitarja dan pendukung Raden Kudamerta yang memperistri Dyah Wiyat berhasil diatasi Gajah Mada dengan penyelesaian yang sangat bijaksana. Meskipun diketahui bahwa pada akhirnya sosok di balik perebutan kekuasaan tersebut adalah Nyai Tanca, yang menyamar menjadi sosok pemimpin pria dengan nama Panji Rukmamurti.
Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara” |
Kelebihan Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”
Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara” merupakan karya yang kaya perspektif, baik secara historis, sosiologis dan antropologis, yang menarik dan menjadi kelebihan novel ini adalah karya ini dituturkan dengan sangat menarik, sehingga menjadi media yang atraktif yang membuat para pembacanya bisa merasakan sensasi berwisata dan lebur dengan zaman lampau dan juga menghayati kembali kisah dan peristiwa penting dalam perjalanan sejarah Majapahit.
Kekurangan Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”
Sebagai buku atau karya yang terimajinasi dari kisah sejarah, buku atau novel ini menjadi kisah yang menarik, meskipun terdapat beberapa kesalahan seperti yang terjadi pada buku pertama, karena nama tempat atau tahun terjadinya kejadian tersebut. Namun hal ini bisa dipahami karena penulis bukanlah seorang historiografer sehingga kejanggalan yang tidak disengaja bisa dimaklumi di dimaafkan.
Itu dia, sedikit resensi novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”, semoga bermanfaat, menghibur dan menginspirasi kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Gajah Mada – Takhta dan Angkara”"
Posting Komentar