Resensi Novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta”
Cinta, satu kata ini seharusnya menjadi satu kata yang memberi semangat dan memberikan keindahan bagi setiap orang yang merasakannya. Cinta seharusnya bisa memberikan benih-benih keindahan akan kasih sayang. Namun berbeda dengn kisah cinta seorang gadis bernama Aminah ini, cinta menjadi sebuah belenggu yang membuat dirinya menginginkan kebebasan. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya terpancar kuat dari tulisan seorang penulis ternama “Ihsan Abdel Quddos”. Begitu pula dengan resensi novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta” ini sengaja disampaikan untuk memberikan sedikit informasi tentang isi novel terbaik ini.
Penulis novel ini, yaitu Ihsan Abdel Quddos, adalah penulis yang lahir di Kairo pada tangal 1 Januari 1919. Sebagai penulis terkenal, namanya pun sudah disejajrakan dengan penulis besar lainnya, seperti Taufiq el Hakim, Naguib Mahfouz, bahkan Yousef Idris. Sebanyak 49 karya novelnya sudah diangkat ke layar lebar.
Identitas Novel :
Judul: Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta.
Penulis: Ihsan Abdel Quddos.
Penerbit: Dastan Books..
Alih bahasa: Yulaicha Fitria.
Tahun terbit: Cetakan I, Desember 2005.
Tebal buku: 272 halaman
ISBN: 979-3972-63-3.
Resensi Buku “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta”
Novel ini menceritakan kisah seorang gadis “Aminah” yang hidup bersama paman dan bibinya, meskipun sang ayah masih hidup. Sang ayah memiliki dunianya sendiri dan lebih senang hidup sendiri. Bisa dikatakan, Aminah adalah seorang gadis malang, pada usia 10 tahun, Aminah pernah menjadi korban pelecehan seksual lelaki tetangganya, dan yang menyedihakan saat itu dia masih duduk dibangku SMA, Aminah mulai mengenal pergaulan bebas. Dengan berjalannya waktu banyak pemuda yang silih berganti mencoba untuk mendapatkan dirinya, dan disaat itulah Aminah mulai mengenal apa itu cinta.
Hidup di lingkungan keluarga bibi dan pamannya yang begitu ketat dan mengekang, membuat Aminah mengalami pemberontakan dalam dirinya, yang membuat sikap bibi dan pamannya begitu keras pada dirinya. Inilah dasar awal yang membuat Aminah menginginkan kebebasan, tidak terkekang dengan siapa pun.
Liku-liku kehidupan di Abasea membuat dirinya ingin meninggalkan kota itu, begitu banyak pergolakan dalam hidupnya yang pada akhirnya Aminah segera meninggalkan rumah bibi dan pamamnya dan memilih tinggal bersama ayahnya.
Keteguhannya untuk melanjutkan sekolah setelah SMA, membuat Aminah mampu masuk di American University. Inilah yang membedakan Aminah dengan gadis-gadis sebayanya di lingkungannya. Tentunya, dengan tetap mengejar kebebasan, ditambah dengan Aminah yang cantik, membuat dirinya berpikir bahwa dengan cinta menjdi salah satu jalan menuju kebebasan.
Cinta adalah satu-satunya alasan mulia bagi perbudakan.”
Cinta bagi Aminah adalah suatu kebebasan, bebas memilh atau tidak memilih pria model mana saja yang diinginkannya. Bebas menuntut apa pun yang diinginkannya, dan bebas melakukan apa yang diinginkannya.
Baca juga: Resensi Novel “Karena Aku Mencintaimu”.
Pertemuannya dengan Abbas menjadikan Aminah tersadar bahwa cinta adalah belenggu, ketika seorang wanita mulai mencintai sorang pria, maka wanita tersebut akan menjadi budak sang pria. Inilah yang membuat Aminah masih menganggap sama kaum pria, yaitu mahluk yang sama yang pernah melecehkannya saat Aminah masih berusih 10 tahun.
Cerita yang dialami Aminah seperti sebuah kisah yang tidak berujung, yang membuat timbulnya pertanyaan, seperti “Mungkinkah wanita bahagia tanpa cinta seorang pria? Tanpa menjadi budak seorang lelaki? Atau apakah semua itu hanya sebatas mimpi?”
Kelebihan Novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta”
Novel karya Ihsan Abdel Quddos ini memang penuh teka-teki, banyak tanda tanya yang membuat para pembaca penasaran dengan kisah seorang wanita bernama Aminah ini. Novel ini memberikan sebuah pesan bahwa kebebasan bukanlah bebas yang sebebas-bebasnya namun harus dengan mengikuti aturan dan norma.
Ambisi dan keinginan Aminah untuk mendapatkan kebebasan tentunya disebabkan kehidupan keluarga yang selalu mengungkung kehidupan wanita, tanpa memberikan kepercayaan pada Aminah, hal ini terlihat dari kehidupan Aminah saat tingal bersama paman dan bibinya.
Kekurangan Novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta”
Novel ini meskipun memberikan beberapa pesan positif, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, novel ini sangat pas dan hanya boleh dibaca untuk mereka yang sudah cukup umur, karena terdapat beberapa bagian yang sedikit vulgar.
Itu dia sedikit resensi novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta” karya Ihsan Abdel Quddos, semoga bermanfaat dan menghibur kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Butterfly Dreams – Belenggu Itu Bernama Cinta”"
Posting Komentar