Bisakah ODHA Memiliki Anak?
Kehadiran buah hati pasti sangat ditunggu, apalagi bagi pasangan muda yang baru membina bahtera rumah tangga. Hingar bingar dan suara riuh rendah anak menjadi suasana yang dinanti. Namun bagaimana bila yang mengharapakan kehadiran buah hati adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)? Sama, mereka juga sangat mendambakan kehadiran buah hati dalam rumah tangganya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bisakah ODHA memiliki anak?
Ilustrasi (Foto: everydayhealth) |
Tertarik dengan pertanyaan tersebut di atas, ditambah rasa keingintahuan yang selalu menjadi pertanyaan setiap orang, termasuk anak-anak. Maka mencari berbagai referensi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang valid, salah satunya adalah tulisan T. Tjahjo Widyasmoro tentang ODHA yang pernah dimuat dalam Kumpulan Artikel Kesehatan Intisari.
ODHA dan Harapan Memiliki Anak
Tak dapat dipungkiri meskipun tergolong ODHA, tapi mereka juga sama dengan manusia normal, yang mengharapkan hadirnya buah hati, meskipun kerap dibayangi dengan risiko penularan bawaan tubuh mereka.
Bagi seorang yang tergolong ODHA keinginan untuk memiliki keturunan tidak sesederhana seperti orang normal pada umumnya. Meskipun kemungkinannya tidak mutlak 100%, tetap terdapat risiko penularan vertikal dari ibu pengidap HIV ke anak yang dilahirkan.
Menurut Prof. Dr. Zubairi Djoerban yang juga aktivis penanggulangan HIV/AIDS, “Yang harus dipahami ODHA, yaitu bahwa risko penularan HIV terhadap bayi tetap ada. Artinya akan lahir generasi baru yang sudah memiliki masalah kesehatan di awal hidupnya. Selain itu, kita juga harus memikirkan hak anak untuk hidup sehat.”
Baca juga: Lupus.
Tindakan pencegahan lebih dini memang tidak bisa ditawar, mengingat besarnya angka penularan HIV tiap tahun yang jug disumbang oleh kasus penularan dari ibu ke bayinya.
Di dalam kandungan, HIV bisa menginfeksi janin dengan cara menyusup melalui plasenta. Yang menakutkan adalah ukuran virus yang sangat kecil, hanya 1/250 mikron, yang mampu menembus sawar plasenta untuk kemudian ke janin. Namun kemungkinan menuju tahap ini sangat kecil.
Kemungkinan transmisi terbesar terdapat saat proses kelahiran, yang bisa mencapai 40% sampai 80%. Besarnya angka kemungkinan tersebut, karena terdapat banyak faktor penularan. Pada persalinan normal, misalnya bayi bisa terinfeksi dari darah atau cairan vegina yang terpapar pada jalan pernapasan atau tertelan oleh bayi.
Jalannya proses persalinan juga sangat berpengaruh, seperti adanya perlukaan dinding vagina, penggunaan elektroda pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, atau pemotongan kerangkang untuk melebarkan jalan lahir (episotomi). Pada kelahiran prematur dan ketuban pecah dini sebelum persalinan juga terdapat risiko transmisi HIV.
Saat bayi sudah lahir, ancaman datang dari ASI. Dalam cairan makanan utama bayi diketahui terdapat HIV yang bercokol untuk kemudian bertransmisi melalui peradangan payudara (mastitis), luka di puting, lesi di mukosa mulut bayi atau bahkan lemahnya respons imunitas bayi. Maka dalam hal ini, sudah tidak bisa ditawar lagi, maka bayi harus disusui dengan susu formula.
Peluang Mendapatkan Anak
Seolah kabar bahagia hadir bagi penderita ODHA, harapan untuk bisa mendapatkan buah hati kembali muncul. Hal ini berkat adanya kemajuan teknologi dan juga pengetahuan yang dalam tentang HIV/AIDS yang membuat risiko penularan dari ibu ke anak bisa diminimalkan. Dan itu semua kembali pada komitmen ODHA, apabila memang sungguh-sungguh ingin memiliki keturunan dari dirinya sendiri.
Untuk ODHA pria bisa menjadi seorang ayah dengan cara inseminasi buatan. Metode pengobatan yang biasa digunakan bagi lelaki yang tidak subur ini telah berhasil dikembangkan bagi para ODHA di Eropa. Teknik yang dilakukan dengan menggunakan ICSI (intra cytoplasmic sperm injection), yaitu sperma tunggal diinjeksikan ke sel telur. Namun khusus ODHA, sebelum dilakukan injeksi harus dilakukan pencucian sperma terlebih dahulu agar sperma terpisah dari cairan semen yang mengandung HIV.
Penelitian tersebut dilakukan dr. Augusto Semprini di Milan, Italia pada tahun 1997, dan hasilnya sungguh menakjubkan, dari 470 inseminasi yang telah dilakukan, maka 250 ribu berhasil hamil dan 187 anak bisa dilahirkan. Dan yang hebat adalah baik ibu dan anak tidak terinfeksi. Keberhasilan metode pencucian sperma ini membuktikan bahwa sperma bukan vektor HIV seperti yang selama ini telah didebatkan.
Namun, dibalik kebahagian tersebut ada satu penghalang yang akan membuat ODHA berpikir tiga sampai 4 kali, yaitu konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan di tahun 2005 saja, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia memperkirakan biaya inseminasi buatan sampai dengan bayi berumur satu tahun sekitar 90 juta. Itu sekitar tahun 2005, bagaimana dengan biaya yang harus dikeluarkan sekarang ini?
Semoga informasi dengan tema “bisakah ODHA memiliki anak” tersebut bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi Anda khususnya tentang ODHA.
Belum ada Komentar untuk "Bisakah ODHA Memiliki Anak?"
Posting Komentar