Kanker Kolon
Mendengar namanya kita sudah bergidik ngeri, lha mendengar seseorang terkena sakit biasa dan harus opname saja kita sudah bingung, apalagi kalau mendengar teman terdekat atau saudara terkena kanker kolon. Wow mungkin tambah gemetaran hati ini. Sengaja dalam kesempatan ini akan dibahas tentang kanker yang bisa menyerang kolon atau usus besar.
Memang sudah banyak artikel yang membahas tentang kanker kolon ini, apalagi sejak semakin sadarnya masyarakat akan arti penting hidup sehat dan mengatur pola makan yang benar dan sehat. Diantara berbagai sumber yang didapatkan, maka tulisan Nis Antari yang pernah dimuat dalam Kumpulan Artikel Kesehatan Intisari ini sangat menraik untuk disampaikan dalam kesempatan ini.
Kanker Kolon adalah Kanker Usus Besar
Gaya hidup disinyalir menjadi penyebab terbesar seseorang terkena kanker kolon. Coba perhatikan, kebiasaan makan dan minum seseorang, yang jelas bukan dalam arti makan dan minum yang sehat, namun minum-minuman beralkohol, apalagi dibarengi dengan makanan cepat saji (fast food) dan makanan berlemak tinggi tentu akan menyimpan risiko, apalagi dalam mengonsumsinya dilakukan secara berlebihan.
Tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, namun harga yang harus dibayar di usia senja sangat mahal harganya, dan terkena kanker kolon atau kanker usus besar, yang ada hanyalah timbulnya penyesalan.
Kanker kolon (Foto: gentside.co.uk) |
Di Indonesia, penyakit kanker kolon memang tidak seterkenal penyakit kanker lainnya, tetapi di Amerika Serikat penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua terbanyak.
Kanker berawal dari adanya perubahan materi genetika (DNA) yang terdapat pada sel normal, yang menghasilkan sel yang tidak sama lagi dengan induknya. Istilah kanker kolorektal digunakan untuk menunjukkan dua lokasi kanker, yang secara anatomis letaknya berdekatan, yaitu kanker kolon yang terjadi di usus besar dan kanker rektum yang biasanya muncul di daerah rektum. Meskipun berbeda lokasi, keduanya masih disebut dengan kanker kolon.
Menurut Dr. Abidin Widjanarko, Sp.PD-KHOM, dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat beberapa hal yang memiliki potensi menjadi pencetus kanker seperti lingkungan (asap rokok), polip pada usus besar, adanya riwayat kanker dalam keluarga, faktor genetik, dan juga faktor makanan.
Khusus penyebab kanker dari makanan, penelitian menyebut bahwa 80% sampai 90% kasus kanker ini disebabkan dengan asupan gizi yang tak seimbang.
Baca juga: Tips Menurunkan Risiko Kanker Usus.
Di Amerika, pola makan tidak seimbang dicirikan dengan besarnya konstribusi lemak yang tinggi, terutama lemak yang diperoleh dari pangan hewani dan produk turunannya, seperti susu, telur, daging. Makin sering mengonsumsi makanan berlemak, semakin tinggi risiko terserang kanker usus besar.
Mengapa kelebihan lemak menjadi maslah? Hal ini disebabkan oksidasinya di dalam tubuh bisa menghasilkan radikal bebas. Oksidasi ini oleh ahli kesehatan disebut sebagai pemicu terjadinya kanker. Apabila sering makan daging atau ikan yang diawetkan dengan garam atau diasap, misalnya, usus bisa berpotensi ditimbuni radikal bebas nitrosamin yang dipercaya bisa menimbulkan kanker.
Zat yang terkandung dalam makanan pencetus kanker, seperti nitrosamin, biasa disebut dengan karsinogen. Pada praktiknya, karsinogen banyak ditemukan pada makanan yang diolah secara salah. Pemanasan pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu lama, contohnya, akan mendorong timbulnya zat transfatty acid pada makanan. Sedangkan proses penggorengan yang berlebihan dan penggunaan minyak goreng secara berulang, akan berisiko memunculkan peroksida dan epioksida. Dan semua itu bersifat karsinogen.
Di dalam tubuh, karsinogen akan merusak sel dan intinya, sehingga akan berubah menjadi sel abnormal yang ganas. Jumlah sel ganas tersebut kemudian meningkat tak terkendali, dan membentuk jaringan kanker.
Asupan makanan seperti hamburger, ayam goreng, kentang goreng dan sejenisnya disinyalir justru membantu kerja karsinogen, dengan memperlambat waktu transit makanan, sehingga lama dan mengendap di dinding usus dan memicu pertumbuhan kanker.
Pencegahan dan Pengobatan Kanker Kolon
Berbicara tentang penyakit, maka proses pencegahan menjadi hal yang bisa dilakukan sebelum sakit tersebut datang. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi buah pisang.
Penelitian yang dilakukan Martinez dari Arizona Cancer Center di Amerika Serikat menunjukkan, folat yang terkandung dalam pisang memiliki efek positif dalam mencegah kanker kolon. Khasiat yang sama dimiliki vitamin B12 dan vitamin B6, yang berfungsi memaksimalkan kerja folat dalam tubuh.
Menurut Martinez, ‘Vitamin B6 dan folat memiliki keterkaitan tertinggi dengan metabolisme folat dalam mencegah timbulnya kembali kanker di daerah kolorektal.
Dr. Abidin dalam rangka pencegahan agar tidak terkena kanker kolon, maka saran yang diberikan adalah deteksi kanker kolon sebaiknya dilakukan di usia 30 sampai 40 tahun. Pemeriksaan itu perlu , agar aktivitas pengganggu kolon bisa terungkap sejak dini.
Gejala kanker kolon bisa dideteksi dari adanya darah samar dalam tinja. Maka secara rutin harus dilakukan uji feses. Selain uji feses, pemeriksaan awal bisa juga dilakukan dengan mengecheck kadar hemoglobin, apakah ada penurunan secara bertahap. Jika ada, berarti terjadi perdarahan yang tidak disadari.
Apabila ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan, dokter akan mengambil tindakan berupa kolonoskopi (prosedur memasukkan tabung panjang berkamera ke dalam usus besar melalui lubang anus, sehingga akan terlihat jelas bagian mana yang sudah terkena kanker).
Apabila deteksi dini menunjukkan sinyal positif, tindakan selanjutnya adalah dilakukan biopsi atau pengambilan jaringan di daerah pencernaan bawah. Setelah itu, baru dilakukan pemeriksaan lebih teliti untuk menemukan stadium kanker dengan CT scan.
Apabila ternyata harus dioperasi, maka selanjutnya akan diserahkan pada dokter ahli bedah. Namun kalau masih bisa disembuhkan dengan jenis pengobatan lain, seperti penyinaran dan kemoterapi, maka tim akan bertemu untuk berdiskusi untuk menentukan obat dan penyinaran jenis apa yang cocok dan harus diberikan.
Apabila dalam pemeriksaan terdapat benjolan yang mencurigakan di dalam rektum, maka pengobatan utamanya tetap dengan operasi, yaitu dengan memotong usus di sekitar benjolan, kira-kira 10 cm di kanan dan 10 cm di kiri dari lokasi benjolan.
Yang menyedihkan sebenarnya adalah terkadang setelah operasi, kanker timbul lagi. Apabila hal ini terjadi, artinya kanker belum benar-benar bersih terangkat. Namun jangan khawatir, saat ini terdapat pengobatan tambahan untuk mengejar sel-sel yang belum tuntas terangkat, lepas atau lari ke bagian tubuh lainnya.
Untuk itu yang harus disadari adalah saat sudah jatuh vonis ‘kanker kolon’, sebaiknya diimbangi dengan pencegahan dini kanker kolon. Salah satunya dengan membiasakan diri dengan pola sehat. Caranya mudah, perbanyaklah makan-makanan berserat yang bisa dengan mudah dijumpai di dalam beras, sayuran, gandum, kacang dan buah-buahan.
Peran utama serat terletak pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Serat juga membantu mempercepat perjalanan sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan, untuk kemudian dibuang ke luar tubuh.
Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesulitan melalui usus, untuk bisa dibuang keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.
Serat merupakan bagian dari tumbuhan yang tak sepenuhhya dapat diserap, sehingga bisa menambah massa tinja. Hal tersebut akan memicu pergerakan tinja dalam usus, yang akan menimbulkan keteraturan, pergerakan usus. Dengan banyak makan makanan berserat, maka jadwal buang air besar menjadi lebih teratur. Buang air besar yang teratur akan memperpendek lamanya tinja berada di dalam usus, sehingga memperkecil penyerapan zat-zat berbahaya oleh dinding usus, maka ancaman kanker usus pun bisa dihindari.
Itu dia, sedikit informasi tentang kanker kolon, penyebab dan pencegahannya. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Kanker Kolon"
Posting Komentar