Resensi “Dua Kado Bunuh Diri”
Membaca adalah salah satu aktivitas menyenangkan bagi sebagian orang. Menikmati waktu sambil menikmati kopi diselingi membaca buku, menjadi hal yang biasa dilakukan orang-orang saat ini. Begitu pula dengan judul buku yang satu ini ‘Dua Kado Bunuh Diri’ seolah ingin mengatakan bahwa hidup itu diibaratkan mirip orang yang bepergian jauh dan berhari-hari, karena ingin tidur nyaman, maka ia harus membawa kasur, ingin makan enak, maka ia harus membawa kompor dan alat-alat masak. Aneh ya? Penasaran dengan cerita dalam novel ini? Resensi ‘Dua Kado Bunuh Diri’ ini ingin memberikan sedikit cerita tentang kumpulan cerpen karya Budi Sardjono.
Kumpulan cerpen menjadi satu kumpulan cerita yang sengaja dikumpulkan dalam satu buku. Cerpen atau cerita pendek bisa dianggap sebagai mikro kosmos yang diciptakan oleh sang pengarang. Maka di dalam jagad kecil tersebut kita bisa melihat sebuah kehidupan yang kecil, pendek dan singkat waktunya. Tentunya, tidak mungkin di dalam jagad kecil tersebut kita bisa tahu riwayat tokoh-tokoh yang ada dari A sampai Z. Begitu pula dalam sebuah karya tulis seperti cerpen ini, terserah dari mana pengarangnya akan memunculkan tokohnya di panggung kehidupan yang singkat dan pendek tersebut.
Identitas Buku:
Judul buku: Dua Kado Bunuh Diri
Nama penulis: Budi Sardjono.
Penerbit: Labuh.
Tahun terbit: Cetakan 1, 2005
Tebal Halaman: 240 halaman.
Nomor edisi buku: 979-99288-9-3
Resensi Buku – Dua Kado Bunuh Diri
Apa yang menjadi kesenangan dari membaca buku, entah itu novel atau cerpen? Bagi seorang pembaca, yang paling penting didalamnya adalah keasyikan dalam mengikuti konflik antar tokoh, termasuk didalamnya penyebab konflik yang kadang-kadang cuma disinggung secara singkat oleh penulisnya. Yang sering menjadi fokus adalah klimaks dari konflik dan cara penulis tersebut dalam menyelesaikannya, pembaca seperti digiring untuk terus mengikuti secara pelan, apakah melalui dialog maupun narasi.
Dalam buku dengan judul “Dua Kado Bunuh Diri” Kumpulan cerpen, terdapat 21 judul cerpen menarik yang bisa Anda nikmati, antara lain:
- Airmata Arjuna.
- Aliya.
- Gugur.
- Airmata Patung.
- Dua Ekor Buurng Gagak.
- Pohon Munggur di Belakang Rumah.
- Topeng Dewi Sri.
- Dursasana Gugur.
- Jenglot.
- Kepala Terbang.
- Jembatan Angin.
- Keranda dan Burung Gagak.
- Lukisan Matahari.
- Sarung Pak Gun.
- Dua Kado Bunuh Diri.
- Rumah Kayu.
- Berita dari Gendang Telinga.
- Kisah Tentang Ninik.
- Bom di Bukit Kapur.
- Isyarat Hujan.
- Lusi dan Perkutut Hutan.
Dari 21 judul cerpen di atas, tampak bahwa cerpen nomor 15 dengan judul ‘Dua Kado Bunuh Diri’ ini yang dipilih penulis untuk judul buku kumpulan cerpen ini. Tentunya tidak ada yang tahu mengapa harus judul tersebut yang dipilih, namun dari sedikit isi cerpen tersebut mengisahkan tentang seseorang yang pergi mencari arti pencarian hidup. Saat memutuskan untuk pergi ke Bali untuk tinggal sementara waktu, dirinya juga ingin meninggal disana, namun tidak bunuh diri, namun mati secara wajar. Namun keinginan tersebut diurungkannya setelah bertemu dengan perempuan bernama Ni Luh Karti, yang tidak menentang keinginan Sam untuk mati, bahkan malah mendukung.
Baca juga: Resensi Novel “Kumpulan Cerpen Perkara Cinta”.
Dan cerita ini berbeda alur saat Sam bertemu dengan Graci. Sam sendiri adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya saat melahirkan anaknya. Dan Graci adalah seorang wanita yang ditinggal pergi suaminya tanpa kejelasan hampir delapan bulan lamanya. Kehidupan dan kebersamaan antara Sam dan Graci yang selama ini dijalani tiba-tiba luruh saat Graci mengabarkan bahwa suaminya yang meninggalkannya sudah pulang ke rumah.
Dan undangan dua orang tersebut Ni Luh Karti dan Graci membuat Sam yang sudah berada dalam pesawat meminta pramugari untuk melewatkan dirinya melewati gumpalan awan, dan Sam akhirnya mengambil awan-awan, dan benar saja dua gumpalan awan masuk ke dalam pesawat. Dan pada akhirnya gumpalan awan dibuat menjadi dua boneka laki-laki yang didandani mirip kehidupan Sam sehari-hari. Setelah jadi, pada bagian dada ditancapkan oleh Sam pisau kecil dan diberi pewarna merah seperti warna darah. Dan dua boneka tersebut akhirnya dikirimkan Sam secara khusus pada Graci dan Ni Luh Karti.
Dari cerita tersebut terlihat bahwa tidak semua cerpen dibangun dengan konflik antar tokohnya, meskipun begitu tetap menarik untuk diakui. Tergantung bagaimana pengarang mengeksplorasi daya imajinasinya.
Begitu pula dengan berbagai cerpen karya Budi Sardjono ini yang jarang sekali menangkap humor-humor atau joke didalamnya. Imajinasinya terkadang sangat liar, tidak terduga dan terkesan dingin. Hal ini terlihat dari beberapa cerpen di atas.
Semoga resensi “Dua Kado Bunuh Diri” Kumpulan Cerpen ini bisa memberikan informasi dan referensi untuk Anda, yang ingin mendapatkan hiburan dari berbagai cerpen yang ada.
Belum ada Komentar untuk "Resensi “Dua Kado Bunuh Diri”"
Posting Komentar