Si Jagur, Meriam Sundut yang Perkasa
Si Jagur. Pernah mendengar nama benda yang satu ini? Kalau Anda tinggal di Jakarta pasti sangat familier dengan nama benda tersebut. Banyak kisah yang disematkan pada benda ini, bahkan ada yang menamakan “Si Jagur” meriam sundut yang perkasa. Bagaimana tidak, keperkasaannya karena adanya mitos, bahkan cerita bahwa keberadaanya berhasil menghamili ratusan bahkan ribuan perempuan di negeri ini.
Menarik sekali mendengar dan membaca tentag cerita si Jagur ini, salah satunya adalah tulisan dari Her Suganda yang pernah dimuat di Majalah Intisari Edisi No. 551. Selain kisahnya yang berhubungan dengan perempuan, nama si Jagur sendiri tidak bisa lepas dari sejarah panjang Kota Jakarta.
Sejarah Meriam Si Jagur
Ceirta yang muncul tentang Si Jagur pun beraneka macam, ada yang bilang meriam ini adalah meriam milik Portugis yang direbut Belanda setelah berhasil menguasai selat Malaka pada tahun 1641. Meriam ini pun di bawa ke Bataviaa. Saat Belanda diserang Inggris dan bentengnya hancur, karena sangat berat, akhirnya si Jagur ditinggal sendiri.
Si Jagur (Foto: indonesiakaya.com) |
Si Jagur adalah meriam perang peninggalan kolonial Belanda yang terbuat dari coran besi, dengan berat 3,5 ton. Panjang larasnya 3,85 meter dengan diameter sekitar 25 cm. Pada salah satu sisinya, terdapat tulisan dalam bahasa Latin yang berbunyi: “Ex me Ipsarenata Sum”, yang berarti “dari saya sendiri aku dilahirkan kembali”. Si jagur diperkirakan berasal dari 16 meriam kecil yang dilebur menjadi satu.
Mitos Meriam Si Jagur
Dahulu, berbicara kisah si Jagur memang berhubungan dengan mitos yang dikaitkan dengan perempuan. Meriam peninggalan zaman kolonial ini sering diidentikkan dengan keperkasaan laki-laki. Si Jagur sering dianggap sebagai obat mujarab buat wanita-wanita bersuami yang sudah lama merindukan momongan.
Apa yang menjadi daya tarik sesuatu? Tentunya hal spesial yang ada pada benda tersebut, begitu pula dengan meriam peninggalan kolonial ini. Daya tariknya terdapat pada ketidakjelasan asal usulnya.
Yang unik dan menjadi cerita kontroversial adalah bagian pangkalnya berbentuk kepalan tangan kanan, tetapi posisi jempolnya dijepit jari telunjuk dan jari tengah. Bentuk seperti itu, oleh orang Indonesia diidentikkan sebagai simbol atau lambang sanggama. Dalam istilah yang sopan disebut sebagai lambang kesuburan.
Baca juga: Serat Centhini.
Bahkan menurut cerita, ada yang percaya bahwa Si Jagur yang juga dijuluki Kiai Setama ternyata mempunya pasangan yang ada di Solo yang dijuluki dengan Nyai Setama.
Si Jagur pada awalnya ditempatkan di satu tempat di Jalan Cengkeh - Tongkol di Jakarta Kota. Letaknya pun tudak jauh dari makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus yang terletak di dalam Masjid Luar Batang. Semasa hidupnya, habib yang berasal dari Hadramaut dan menjadi guru agama tersebut tinggal di dekat benteng VOC.
Terdapat cerita menarik, setiap hari apalagi pada malam Jumat, makamnya banyak diziarahi pengunjung dari berbagai daerah. Biasanya seusai melakukan ziarah, disepanjang jalan yang dilalui banyak dijumpai pedagang yang menjajakan hiasan, khususnya yang terbuat dari kertas warna warni. Bentuknya pun mirip kaleng susu bubuk dengan garis tengah sekitar 12 cm dan tinggi 15 cm. Sebagai pegangan, pada bagian tengahnya dipasangi bambu seukuran pensil dengan panjang 20cm.
Nah disini menariknya kisah Jagur. Kaum wanita yang mengharapkan memiliki anak, biasanya mengunjungi meriam si Jagur setelah berziarah ke makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Dengan bekal hiasan kertas warna warni dan sesajen bermacam-macam bunga, wanita yang mengharapkan kehamilan biasanya menaburkan bunga pada pangkal meriam yang memiliki bentuk unik tersebut, dengan menyampaikan harapannya.
Katanya agar lebih mujarab, wanita yang menginginkan anak sebaiknya duduk di atas pangkal si Jagur yang berbentuk ‘lambang kesuburan’ tersebut.
Perjalanan Si Jagur
Sebagai meriam peninggalan kolonial, tentunya meriam ini sempat berpindah-pndah, setelah lama bermukim di dekat Jembatan Kota Intan, Pinangsia, si Jagur kemudian diselamatkan dan dibawa ke Museum Pusat yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat.
Pada masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin sekitar tahun 1966 - 19977, Si Jagur yang sebelumya berada di dalam museum kemudian dipindahkan ke halaman taman Museum Sejarah Jakarta.
Semoga informasi tentang kisah meriam kolonial Belanda “Si Jagur, meriam sundut yang perkasa” ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi tentang kisah meriam legendaris ini.
Belum ada Komentar untuk "Si Jagur, Meriam Sundut yang Perkasa"
Posting Komentar