Asal-usul Seruling
Anda pasti sering mendengar suara yang dihasilkan alat musik ini, mungkin saat mendengarkan musik dari lagu dangdut, suaranya sungguh enak didengar. Ya itulah seruling, suaranya yang jernih memang berbeda. Begitu pula saat mendengarkan alunan musik ini dimainkan sebagai pengiring musik klasik, tentu bisa membawa suasana dan tempat yang damai. Terlepas dari itu semua, maka sangat menarik untuk mengetahui asal-usul seruling.
Seruling (Foto: hotdeals360.com) |
Membahas tentang seruling memang menarik, salah satunya adalah yang ditulis oleh Y.O. Prihardianto, yang merupakan seorang pemerhati alat musik tiup, yang tulisannya pernah di muat di Majalah Intisari Edisi No. 520.
Tentang Seruling
Saat ini seruling eksis digunakan dalam berbagai genre musik, mulai dari musik klasik, pop sampai dengan jazz. Dengan alunan suara seruling, menjadikan musik ini bernuansa romantis, lembut, hangat dengan keindahan.
Flute, dengan bodinya yang lurus, dan langsing memang memberi kesan feminis. Apalagi dengan formasi bibir peniup flute yang terlihat seperti bibir yang sedang tersenyum. Banyak sekali pemain flute wanita dunia, seperti Lisa Beznosiuk, Sharon Bezaly, Stefanie Bieber, Helen Bledsoe, Patrice Boquillon, Andrea Brachfel, dan masih banyak lainnya.
Flute memang sudah mendunia dengan nama dan bentuk yang berbeda. Bahkan di Jawa dikenal dengan nama suling. Di daerah lain disebut dengan foi, sarunai, saluang, toratoi, dan masih banyak sebutan flute di Indonesia.
Di Cina flute dinamakan dizi, di Vietnam disebut ding tac ta, dan di Venezuela disebut muhusenoi.
Baca juga: Bluetooth, Asal dan Manfaatnya.
Sedangkan sumber bunyi flute ada yang berupa lubang, ada yang serupa dengan peluit. Ada yang ditutup dengan posisi vertikal, diagonal mau pun horisontal. Bahkan ada yang ditiup menggunakan hidung.
Untuk bahan bermacam-macam, ada yang terbuat dari tulang, tanduk, kayu atau pun bambu. Sedangkan material kayu seperti grenadile, eboni atau pun rosewood sering dipakai pada masa lalu.
Ada pun suling berkembang seiring kemajuan zaman. Suling berkembang pesat dan terjadi di Eropa, seperti Jerman, Prancis, Inggris dan sekitarnya.
Model, bahan, jumlah lubang, dimeter, sistem penjarian dan lainnya kini sudah sempurna. Bahan kayu diganti dengan metal yang membuat tampilannya semakin bagus.
Suling modern ini disebut dengan flute. Namanya berasal dari kata flare (bahasa Yunani) atau to flow (Inggris).
Sedangkan sosoknya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan kaki. Suling modern ini bisa terbuat dari bahan metal, kuningan, perak, tembaga, emas, platina atau campurannya, dengan panjang sekitar 67 cm, dengan diameter selingkaran uang logam, kira-kira 2 cm. Bobotnya pun ringan sekitar 400 sampai 600 gram. Puncak kepalanya buntu, tersumbat, sementara pada ujung lainnya berlubang.
Di sisi kepala terdapat satu lubang, yaitu lubang tiupan dengan bentuk sedikit oval. Di bagian badan dan kaki penuh lubang pengatur nada serta pernak-pernik seperti pilar, tombol, peer, roller, klep, dan sebagainya. Aneka komponen tersebut melekat dengan cara disekrup, dipatri atau hanya sekedar menyelip (menempel sedikit).
Seruling Bambu
Selain alat musik tiup yang disebut dengan flute tersebut, masih ada alat musik tiup yang sering didengar lerwat alunan lagu dangdut, yang ternyata sudah ada sejak jaman dahulu.
Untuk bisa menggunakan seruling bambu, Anda bisa belajar misalnya dengan menggunakan botol, lakukan dengan santai. Sukses dengan botol, kemudian lanjutkan dengan seruling, bisa seruling dari bambu.
Cara menggunakan seruling bambu ini, tutup keenam lubang yang ada dengan jari tangan kanan dan kiri. Jempol dan kelingking sementara tidak dipergunakan dulu. Tangan kanan kemudian digunakan untuk lubang bawah, tangan kiri di lubang atas
Dalam posisi melintang, seruling ditiup melalui lubang tiupan yang berada sendirian di bagian sisi kepala. Kemudian tiup dan tiup dalam keadaan semua lubang nada tertutup.
Kalau berhasil, maka seruling tersebut akan bernada “re”. Nada selanjutnya didapatkan dengan membuka jari mulai dari bawah. Di buka satu jari, nada menjadi “mi”. Buka satu jari lagimenghasilkan nada “fa”, demikian seterusnya.
Meskipun saat ini seruling sederhana sudah berubah menjadi flute modern, bambu dan kayu sudah berganti metal, namun teknik membunyikannya masih tetap sama.
Sejarah Flute
Bahkan terdapat seruling yang terbuat dari tulang mammoth atau beruang yang ditemukan para arkeolog dari berbagai negara, seperti Slovenia dan Jerman yang berusia puluhan bahkan ratusan ribu tahun.
Sebelum tampil menawan seperti saat ini, flute sudah melalui berbagai tahap perubahan, yang diawali oleh Jacques Hotteterre (sekitar tahun 1680 sampai dengan tahun 1761) yang berhasil menambah satu lubang sebagai nada d# (”d” kruis). Penambahan ini membuat lubang nada yang semula berjumlah enam, menjadi tujuh.
Di era selanjutnya, para kreator ini menambahkan lubang kunci nada baru, namun hal ini menambah kerepotan atas nada tersebut. Dan pada akhirnya muncul tokoh baru yang menyempurnakannya, yaitu Theobald Boehm (1794 sampai 1881). Boehm kemudian membuat suatu perubahan yang radikal dengan memperbesar ukuran lubang, posisinya diatur dan mekanisme tombol juga diperbaiki.
Tahun 1832, Boehm kemudian menyempurnakan teknik pengaturan jari untuk mengatur nada, yang dikenal dengan istilah Boehm system. Tahun 1847, Boehm mengeluarkan sebuah desain flute dari perak dengan 15 lubang nada, dan 23 tombol pengaturnya. Seruling ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1878. Batang yang semula kerucut diubah menjadi silindris (silinder sama rata).
Sistem Boehm juga diadopsi oleh alat musik tiup lain seperti klarinet, oboe dan saksofon. Dengan sistem ini alat musik tiup dengan bodu besar bisa diproduksi.
Hak paten untuk flute metal tersebut didaftarkan pada tahun 1847 di Prancis dan Inggris. Perusahaan Godfroy & Lor di Paris dan Rudall & Roses di London yang memperoleh lisensi.
Itu dia sedikit informasi tentang “asal usul seruling”. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Asal-usul Seruling"
Posting Komentar