Resensi Buku “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisnis
Bisnis adalah bisnis, begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk kelangsungan sebuah bisnis, salah satunya dengan merebut pasar. Namun bagaimana caranya agar bisa merebut pasar? Ini yang harus dipikirkan dengan cara dan strategi yang bagaimana pasar bisa direbut. Resensi Buku “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisnis akan memberikan sedikit informasi cara mempertahankan bisnis tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa dalam situasi ekonomi yang semakin kompetitif, maka merebut pasar adalah suatu keniscayaan. Banyak cara yang bisa dilakukan, berbagai strategi bisa dicoba, berbagai cara bisa dilakukan, dengan semakin banyak referensi, maka semakin banyak cara yang bisa menjadi pilihan.
Foto: perpustakaan.jakarta.go.id |
Informasi Buku:
- Judul buku: “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisnis.
- Penulis: Nicks Skellon.
- Penerbit: Erlangga, Jakarta.
- Cetakan: Cetakan 1.
- ISBN:979-688-075-x.
Resensi Buku Non Fiksi “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisnis
Di era yang semakin berubah ternyata banyak perusahaan melakukan kesalahan karena hanya menggunakan satu stategi untuk pasar yang berbeda atau dengan pelanggan yang berlainan.
Kalau strategi yang dipilih adalah strategi untuk menyerang, maka strategi ini harus diterapkan merata ke daerah-daerah, menukik sampai ke pelanggan perseorangan.
Seorang pemimpin bisnis, seperti komandan militer yang terus menerus memilih dan menerapkan strategi yang akan digunakan untuk memenangkan persaingan. Taktik yang digunakan pun tergantung pada besar kecilnya musuh dan medan, apakah berbentuk dataran terbuka, datar atau berbukit-bukit.
Baca juga: Resensi Buku “Change! Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga”.
Demikian pula dalam pertarungan binis, setiap sektor pasar atau setiap pelanggan besar harus dipandang sebagai medan pertempuran
Pertempuran bertahan hanya boleh dilakukan oleh para pemimpin pasar, bila itu harus dilakukan. Hanya perusahaan dalam posisi dominan yang sanggup bertindak demikian. Meskipun begitu, tindakan dengan menggunakan strategi bertahan sangat berbahaya.
Strategi Bagi Pengusaha Kecil
Terkadang pemilik perusahaan kecil atau menengah merasa cukup puas dengan ukuran yang mereka capai selama ini. Bahkan mereka tidak mempunyai keinginan untuk tumbuh menjadi lebih besar lagi.
Mereka mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan menjadi usaha besar memerlukan ekspansi dan investasi, atau bahwa mereka sudah merasa cukup beruntung dan tidak mau menarik perhatian terhadap persoalan yang lebih besar lagi.
Bisa jadi karena hal ini mereka kekurangan sumber daya manusia yang profesional, manajemen atau ingin menjalani hidup dengan mudah. Pemikiran ini sangat berbahaya, karena mereka sebenarnya terjebak dalam buaian pemikiran ‘kawasan yang bebas dari pesaing”.
Jadi kalau ada pesaing yang mempunyai rencana ekspansionis, sedangkan ia memilih strategi bertahan terhadap serangan mereka, perusahaan itu dipastikan akan semakin mengecil.
Alasannya adalah bahwa mustahil bertahan menghadapi semua serangan dengan berhasil, disuatu tempat entah dimana, pesaing pasti berhasil merebut seorang pelanggan besar atau yang lain, dan mulai menggerogoti bisnis perusahaan itu.
Kalau kondisi usaha menurun secara terus menerus, maka semakin lama usahanya semakin melemah dan akan berupaya mencari keuntungan di daerah lain untuk menutup kerugian yang diseritanya.
Dan perusahaan yang memposisikan berada pada posisi nomor dua atau tiga, bahkan empat, harus mengambil sikap melaksanakan strategi menyerang.
Pilihannya adalah strategi menggerogoti atau frontal. Kalau perusahaan itu cukup besar, pilihannya adalah strategi pertarungan frontal, dalam pengertian ia sanggup menghadapi pemimpin pasar secara ketat pada waktu yang bersamaan di seluruh pasar, dengan peluang-peluang yang mungkin mendapatkan kesuksesan.
Strategi ini hanya bisa berjalan bila kinerja produknya jelas lebih unggul daripada milik pesaingnya. Biasanya pilihan ini hanya cocok untuk pesaing kuat nomor dua atau tiga, yang tidak tertinggal terlalu jauh dari sang pemimpin.
Untuk pesaing nomor tiga atau empat, pilihan yang lebih baik adalah strategi politik frontal. Perusahaan-perusahaan ini cenderung tidak cukup besar untuk merugikan para pemimpin pasar dalam waktu singkat.
Bila pesaing nomor dua yang kuat menantang langsung pemimpin pasar, yang nomor tiga atau nomor perlu bersabar.
Strategi ini pada dasarnya butuh waktu lama dibanding strategi pertarungan frontal, risikonya menjadi lebih kecil, jauh lebih mudah dilaksanakan, dan jauh lebih kecil kemungkinan diserang balik.
Meskipun demikian, di mayoritas pasar, perusahaan lain perlu bersikap realistis, bahwa mengingat ukuran mereka yang lebih kecil, mereka harus menerima kenyataan bahwa satu-satunya pilihan praktis buat mereka adalah mengambil strategi menggerogoti, yakni dengan cara melancarkan perang gerilya. Dari setiap 100 perusahaan yang beroperasi di suatu pasar, sekitar 95 harus menggunakan strategi menggerogoti.
Strategi pertarungan menggerogoti terdari dari upaya-upaya memperkenalkan produk dan atau layanan baru, yang mengambil keuntungan dari kelemahan yang ada pada diri sang pemimpin atau menyerang pelanggan yang telah dipilih dengan cermat, yang hubungannya dengan pemimpin tidak terlalu mesra. Para penggerogot ini menyadari bahwa posisi mereka mungkin tidak dapat dipertahankan kalau pemain yang lebih besar memperkuat pertahanan mereka dengan meluncurkan sesuatu yang baru atau menghimpun kekuatan pertahanan mereka dengan meluncurkan sesuatu yang baru atau menghimpun kekuatan untuk ‘merebut kembali’ pelanggan tadi.
Strategi menggerogoti logistik berusaha memusatkan diri pada satu sektor pasar. Idealnya, sektor ini secara strategis dinilai tidak penting buat pemimpin pasar entah diabaikan atau tidak dilayani secara sepenuhnya oleh mereka dan yang terpenting, cukup kecil untuk didominasi. Pelanggan yang nampak tidak menarik, tidak menguntungkan atau terlalu kecil ukurannya buat seluruh perusahaan besar, dapat menjadi amat memikat dan menguntungkan buat yang lebih kecil dengan biaya overhead yang lebih rendah, yang lebih dekat letaknya, atau memang semata-mata karena menganggap mereka lebih baik karena buat mereka pelanggan tadi cukup besar.
Seperti perang gerilya klasik, mereka yang mengambil strategi pertarungan menggerogoti harus bersiap siap meninggalkan suatu posisi tertentu kalau musuh yang lebih konvensional dan besar datang dengan jumlah ynag lebih unggul. Hal ini bukan merupakan suatu kelemahan, bukan juga sikap pengecut, namun semata-mata berpegang pada akal sehat. Mereka sadar tidak ada untungnya ‘bertarung sampai titik darah penghabisan’, dan lebih baik mengikuti pepatah kuno, bahwa “Dia yang bertempur dan mengundurkan diri, bisa hidup untuk bertempur satu hari lagi’.
Semoga sedikit catatan tentang “Resensi Buku “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisni” ini bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku “Corporate Combat” Seni Berperang Merebut Pasar di Medan Pertempuran Bisnis"
Posting Komentar