Kepuasan Kerja dan Hubungannya dengan Kinerja
Membahas tentang kepuasan kerja, sepertinya tidak pernah ada habisnya, entah dari sisi seorang pebisnis yang memiliki bisnis, atau dari sisi karyawan yang bekerja. Begitu pula kali ini, yang akan membahas tentang kepuasan kerja dan hubungannya dengan kinerja.
Banyak yang mengatakan bahwa para pebisnis selalu diuntungkan dengan kemudahan dalam mencari karyawan, apalagi melihat kondisi saat ini yang sangat sulit untuk mencari kerja. Dan ada pula yang mengatakan bahwa para pebisnis seyogyanya tidak perlu terlalu risau karena para karyawan Anda, suka atau tidak suka akan terus bekerja karena sulit mencari alternatif.
Ilustrasi (Gambar: cmaconsult.com) |
Terdapat sebuah survey yang pernah dilakukan Career Builder sekitar tahur 2003 yang menunjukkan banyak sekali karyawan yang tidak puas dengan pekerjaannya.
Banyak Karyawan yang Tidak Puas
Bahkan pada suatu survey yang dilakukan di Amerika Serikat sekitar tahun 2004 terdapat sesuatu yang mengejutkan, dimana 25% karyawan tidak puas dengan pekerjaannya, hal ini meningkat 20% dibanding tahun 2001.
Di Indonesia sendiri pun terdapat ketidakpuasan yang sepertinya meningkat tajam, hal ini terlihat dari berbagai demo para buruh atau karyawan yang terlihat di berbagai daerah.
Keluhan yang disampaikan adalah biaya hidup yang semakin meningkat, tuntutan kerja juga semakin besar, gaji yang naik merambat dan berbagai keluhan lainnya.
Baca juga: Meningkatkan Pelayanan dengan Courtesy, Assertiveness, Responsibility dan Empathy.
Tentu sebagai pebisnis, seharusnya Anda mulai khawatir kalau pada akhirnya banyak karyawan yang tidak puas tersebut akhirnya keluar. Hal ini disebabkan gaji karyawan baru dari hasil survey yang dilakukan Ernst & Young rata-rata mencapai 150% dari gaji karyawan yang keluar.
Dan tentu saja situasi ini menjadi semakin buruk bagi para pebisnis, bila ekonomi membaik sehingga membuat lowongan kerja tersedia, tentu saja hal ini akan membuat Anda kehilangan banyak karyawan berpengalaman, sedangkan karyawan baru selain langka juga mahal.
Program-program yang Meningkatkan Kepuasan Kerja
Yang perlu dipahami sebelumnya adalah “mengapa karyawan menjadi tidak puas?”.
Tingkat persaingan yang sangat ketat ditambah biaya produksi yang meningkat akhir-akhir ini, yang membuat Anda menuntut karyawan bekerja keras, sementara imbalan atau penghargaan dirasakan tidak seimbang.
Ditambah lagi dengan kondisi kerja, seperti ruang kerja, kebersihan kurang diperhatikan, bahkan Anda pun meletakkan saudara atau keluarga sebagai supervisor, yang menjadikan penyebab timbulnya stress dan ketidakpuasan yang meningkat di kalangan karyawan.
Selain itu, banyak karyawan, khususnya pada level menengah-atas yang ingin mengisi hidupnya tidak hanya bekerja. Era “gila kerja ala perusahaan dot com” sudah berakhir.
Bahkan survey yang pernah dilaksanakan di Amerika Serikat menunjukkan meningkatnya keinginan untuk bekerja flex time.
Sedangkan solusi berupa peningkatan gaji dan tunjangan seperti efektif di Indonesia, karena sumber ketidakpuasan umumnya berkisar tentang dua hal ini.
Solusi yang cukup jelas tetapi sering kali sulit karena keuangan perusahaan pun juga sama susahnya. Padahal banyak sumber ketidakpuasan yang lain yang solusinya murah dan bisa mengenai sasaran.
Tips untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan yang Bersifat Non-Uang (Non Monetary)
Hal ini diterapkan di perusahaan Hewlett & Packard (HP) Technology, semoga bisa bermanfaat, antara lain:
- Memberi karyawan tanggung jawab dan membiarkan mereka menggunakannya
Banyak survey yang menunjukkan bahwa sumber terbesar kebanggaan dan kepuasan kerja adalah rasa pencapaian yang berasal dari adanya dan dijalankannya tanggung jawab.
Tetapi ironisnya banyak pemilik usaha yang khawatir dengan kinerja karyawannya dan terus turut campur tangan dengan urusan-urusan kecil (micro management), dan hal inilah yang menjadi penyebab banyak karyawan frustasi.
Maka kuncinya, adalah “kalau Anda tidak dapat mempercayai karyawan untuk berpikir dan bekerja sendiri, mungkin sebaiknya Anda tidak perlu merekrutnya.”
- Menunjukkan penghargaan.
Akibat kinerja bisnis yang sedang turun karena tekanan persaingan dan juga tekanan ekonomi, sering sekali pemilik bisnis menimpakan segala kesalahan kepada karyawannya.
Begitu pula sebaliknya, saat kinerja sedang bagus, mka bosnya ini yang pertama kali menepuk dada bahwa semua pencapaian adalah hasil kreativitasnya yang cemerlang.
Ironisnya, malah situasi gembira pun digunakan untuk menyalahkan karyawan atas kelambanan mereka dalam mengambil inisiatif. Maka sayang sekali para pemilik bisnis seperti ini tidak menyadari potensi manusia yang akan memberi dedikasi, kesetiaan, dan pengorbanan apabila mereka merasa dihargai.
- Memperlakukan karyawan sebagai manusia.
Karyawan bukanlah mesin yang diatur untuk bekerja mulai dari pukul 8 pagi sampai jam 5 sore, yang kemudian dimatikan di waktu malam. Karyawan adalah manusia yang mempunyai kehidupan di luar kerja, seperti keluarga, sosial, keagamaan, hobi, dan sebagainya.
Memberi konsesi atau benefit yang mengakui kebutuhan-kebutuhan lainnya, selain bekerja, bisa meningkatkan kepuasan kerja .
- Membuat jalur pertumbuhan karir yang jelas.
Sebagian karyawan mungkin telah puas dengan posisinya skarang, tetapi sebagaian besar selalu ingin berkembang.
Umumnya perusahaan membuat penilaian karya sebagai cara untuk menaikkan gaji atau karir seorang karyawan. Tapi sering pertumbuhan karir menjadi kegiatan rutin yang tidak berarti apa-apa bagi karyawan, maka lebih penting ditetapkan cara-cara pengembangan karir bagi seluruh karyawan. Tidak hanya untuk para eksekutif senior.
- Budaya yang Peduli Terhadap Kepuasan Karyawan.
Apabila diterapkan di seluruh lini perusahaan, akan menghasilkan dampak yang luar biasa. Dari survey yang dilakukan oleh Momentum, perusahaan-perusahaan teknologi yang menganut budaya akomodatif mampu meningkatkan penjualan tahunan sebesar 140%, dibandingkan kenaikan yang hanya 10% pada perusahaan-perusahaan yang kaku.
- Memulai Program “Work Life Balance” (Kerja Hidup Seimbang)
Ini yang menarik, dengan sedikit saja sentuhan kehidupan dalam waktu kerja akan menyebabkan perubahan besar persepsi karyawan terhadap tempat kerjanya.
Tren meningkatnya ketidakpuasan kerja bisa dirubah haluannya, bahkan karyawan dengan motivasi yang rendah pun bisa dibuat bersemangat dan bergairah kembali. Semuanya memerlukan kerja keras dan kreativitas dari para pebisnis. Agar budaya yang peduli karyawan ini tercipta maka perlu dukungan dari dua arah, top-down dan bottom up. Dengan dukungan dari karyawan menengah dan keterlibatan dan partisipasi karyawan bawah, maka budaya bisa berjalan secara berkelanjutan. Semoga informasi tentang kepuasan kerja dan hubungannya dengan kinerja ini bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Kepuasan Kerja dan Hubungannya dengan Kinerja"
Posting Komentar