Manajemen Risiko
Semua orang di dunia ini pasti selalu menghadapi risiko. Tidak ada yang tidak pernah menghadapi risiko, bahkan saat tidur pun juga menghadapi risiko. Kenyataan inilah yang menyebabkan pengertian risiko timbul dalam kehidupan manusia dalam artian yang luas dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahkan oleh karena itulah muncul istilah “Manajemen Risiko”.
Manajemen Risiko adalah Eksposur Terhadap Ketidakpastian
Dari istilah tersebut, risiko secara umum diartikan sebagai suatu eksposur terhadap ketidakpastian. Pengertian risiko secara sederhana tersebut merupakan suatu konsep baku yang diterapkan di semua area, tidak terkecuali dalam dunia bisnis.
Ilustrasi (Gambar: securitymagazine.com) |
Untuk mencapai salah satu tujuannya, misalnya untuk mendapatkan profit, risiko yang dihadapi tentu saja sangat tergantung pada besarnya eksposure usaha yang dipilih untuk diterjuni serta besarnya ketidakpastian keberhasilan atau kegagalan dari masing-masing usaha tersebut. Ketidakpastian yang merupakan unsur utama risiko menimbulkan rasa yang tidak aman bagi para pelaku bisnis tersebut.
Cara Mengidentifikasi Risiko
Sebelum dilakukan upaya untuk mengendalikan risiko, maka yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi jenis-jenis risiko yang dihadapi dalam menjalankan aktivitasnya.
Baca juga: Tips Mengukur Risiko Dalam Berinvestasi.
Menurut BCG (Boston Consulting Group), jenis risiko khususnya yang dihadapi oleh perbankan dalam menjalankan aktivitasnya dibagi menjadi 3 kelompok besar, antara lain:
1. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang timbul karena debitur atau counter party gagal memenuhi kewajiban untuk membayar sebagaimana yang tertera dalam perjanjian yang sudah disepakati bersama .
Risiko ini muncul karena bank melakukan aktivitas-aktivitas seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, pemberian fasilitas pembiayaan, transaksi pasar uang dan perdagangan instrumen keuangan lainnya.
Jenis risiko ini menjadi risiko utama dalam aktivitas perbankan, terutama pada bank yang aktivitasnya masih didominasi oleh kegiatan tradisional dimana simpan pinjam menjadi aktivitas utamanya.
Dengan tingkat eksposure yang signifikan, ketidakmampuan sebagian kecil debitur atau counter party membayar kewajibannya bisa menghantar bank pada kondisi insolvensi.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul akibat perubahan nilai portofolio dalam hal terjadi fluktuasi variabel pasar.
Risiko ini muncul karena portofolio yang dipegang oleh suatu bank dalam menjalankan aktivitas usaha (baik simpanan maupun pinjaman atau on atau pun off balance sheet) yang nilainya dipengaruhi oleh variabel seperti tingkat suku bunga, nilai tukar atau kurs, harga komoditi dan harga saham.
Perubahan variabel pasar bisa disebabkan oleh perubahan kebijakan ekonomi, atau peristiwa atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan penerbit instrumen keuangan yang dibeli atau dipegang bank.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang timbul baik langsung maupun tidak langsung akibat kegagalan atau tidak memadainya proses internal, niat buruk manusia, kegagalan atau tidak memadainya sistem atau yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal seperti banjir, kebakaran, perang dan sebagainya.
Selain kerugian yang muncul secara jelas akibat kejadian eksternal, kegagalan atau tidak memadainya sistem (misalnya komputer) dan niat buruk manusia, maka risiko ini pun muncul akibat kegagalan proses internal karena tidak diikutinya sistem dan prosedur dalam aktivitas pemberian kredit atau aktivitas non kredit (simpanan dan jasa perbankan lainnya).
Cara Mengukur Risiko
Setelah melakukan identifikasi terhadap risiko, maka karakteristik dan potensi risiko yang melekat pada aktivitas-aktivitas tersebut diukur dengan metodologi tertentu, sehingga bisa diketahui secara kuantitatif untuk kemudian dibandingkan dengan batas tolerasi risiko (limit) yang sudah ditetapkan manajemen.
Secara garis besar, ukuran risiko tersebut dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Risiko yang diperkirakan (expected risk).
- Risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk).
- Risiko di luar perkiraan (exceptional risk).
Batas antara unexpected risk dan exceptional risk disebut juga dengan batas toleransi risiko (Risk Tolerance Level).
Sedangkan metodologi pengukuran risiko yang dipergunakan sampai saat ini banyak mengalami perkembangan, namun secara umum “Metode Value at Risk”, masih dianggap sebagai metode pengukuran yang maju dan intuitif serta banyak dipergunakan oleh bank-bank yang sudah mapan.
Dari hasil diskusi ahli-ahli perbankan dunia serta otoritas-otoritas perbankan di negara-negara anggota BIS yang tergabung dalam Basel Commitee on Banking Supervision, secara garis besar metode pengukuran risiko yang dipakai dalam mengukur risiko dalam aktivitas bank dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Standard Method
Metode ini merupakan sekumpulan rumusan yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh otoritas perbankan dan diberlakukan secara seragam untuk setiap bank yang berada di bawah supervisinya.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah metodologi Risk Weighted Asset (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko/ATMR) yang selama ini sudah dikenal dan sudah diberlakukan hampir dua dasawarsa terakhir.
Selain itu, terdapat pula metodologi-metodologi pengembangan, seperti Standard Approach untuk risiko kredit, Standard Model untuk risiko pasar serta Basic Indicator Approach untuk risiko operasional.
b. Internal Method
Metode ini muncul dengan dasar pemikiran bahwa risiko suatu aktivitas selain mempuyai karakteristik yang sama (systemic risk) juga mempunyai ciri khas yang berbeda antara satu dengan lainnya (spcific risk). Oleh karena itu, untuk memperoleh pengukuran yang lebih sensitif maka setiap bank diperbolehkan untuk menghitung masing-masing risiko usahanya dengan pengawasan yang ketat dan pengesahan metodologi dari lembaga otoritas.
Termasuk kelompok ini adalah perhitungan melalui pendekatan Internal Rating Based untuk risiko kredit, Internal Approach untuk risiko pasar serta Internal Measurement untuk risiko operasional.
Pendekatan melalui metoda standar sangat mudah diterapkan karena biasanya tidak membutuhkan perhitungan yang rumit serta sumber data yang dibutuhkan relatif lebih mudah diperoleh.
Namun demikian, keakuratan perhitungan yang berdampak pada keakuratan perkiraan jumlah risiko yang dihadapi di masa datang adalah paling minimal mengingat banyaknya generalisasi untuk hal-hal yang sebetulnya mempunyai tingkat risk yang berbeda.
Kemampuan bank dalam melakukan identifikasi serta pengukuran risiko merupakan langkah awal yang sangat dibutuhkan bagi proses manajemen risiko selanjutnya.
Keberhasilan penerapan sistem manajemen risiko dalam suatu bank tergantung dari fondasi yang dibangun dengn kuat melalui langkah awal ini.
Semoga sedikit informasi tentang pengenalan “Manajemen Risiko” ini bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Manajemen Risiko"
Posting Komentar