TBC, Pembunuh Ganas di Indonesia
TBC? Pasti Anda sudah sering mendengar nama ini, bahkan karena menakutkannya membuat orang menjaga jarak saat ada seseorang yang dikenalnya terkena TBC. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa “TBC, pembunuh ganas di Indonesia”. Tidak hanya itu, sejak lama TBC sudah dianggap sebagai penyakit masyaraat low economic juga lho.
TBC, pembunuh ganas di Indonesia (Gambar: pursuit.unimelb.edu.au) |
Membahas tentang penyakit ini memang menarik, selain agar bisa mengetahuinya juga bisa menjaga diri kita agar tidak disinggahi penyakit yang mematikan ini. Salah satu sumber yang juga menjadi referensi tentang TBC juga pernah ditulis oleh Dharnoto, yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 531.
TBC Apakah Menular?
Di balik munculnya penyakit ini ada sosok ilmuwan Jerman Robert Koch, yang merupakan penemu kuman penyebab TBC. Obat anti TBC sendiri pun baru ditemukan sesudah Perang Dunia II, meskipun obat tersebut sudah ditemukan, tetapi masih belum mampu melenyapkan TBC dari muka bumi ini.
Menurut Dr. Zulkifli Amin, Ph.D, FCCP dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Bagian Paru RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo mengingatkan, jika seorang penderita TBC batuk di tempat umum, maka sekali batuk atau bersin berjuta-juta kuman akan keluar. Kuman tersebut akan tertiup angin dan terhirup masuk ke dalam tubuh siapa pun, baik anak-anak mau pun dewasa.
Baca juga: Emboli Paru-paru, Penyebab dan Pencegahannya.
Kuman itu pun mendekam di paru-paru bagian atas. Selama kondisi tubuh orang yang ditumpangi kuman tadi sehat-sehat saja, maka kuman TBC akan diam. Baru saat kondisi tubuh tersebut menurun, maka kuman tadi akan mengeliat, berlipat ganda dan membuat penyakit.
TBC Paru
Yang menjadi pertanyaan, mengapa di paru-paru?
Terdapat bagian tertentu dalam tubuh kita yang milllieu-nya disukai kuman, seperti misalnya paru-paru bagian atas. Kuman TBS tersebut merasa nyaman tinggal di paru-paru bagian atas, karena banyak sekali tersedia oksigen , sehingga mereka berkembangbiak.
Namun, pada penderita diabetes, kuman TBC lebih suka sembunyi di paru-paru bagian bawah. Dr Zulkifli pun mengingatkan agar penderita diabetes tetap harus waspada, apalagi di saat daya tahannya turun, biasanya kuman TBC akan datang. TBC dan diabetes sepeti dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan.
Saat menyerang, pada awalnya kuman TBC membuat peradangan ringan di paru-paru. Bila difoto rontgen akan terlihat garis-garis atau bercak-bercak. Pada tahap lanjut, terjadi rongga-rongga yang makin lama makin membesar seperti ceruk-ceruk di dalam gua, dan disitulah kuman TBC bersarang.
Mereka yang daya tahan tubuhnya cukup bagus, maka TBC-nya tetap berada di paru-paru. Hanya, karena oksigen yang masuk ke dalam tubuhnya makin rendah, maka lama kelamaan daya tahannya pun semakin menurun. Dan di saat itulah penyakit lain juga turut datang.
Ternyata kuman TBC tidak cuma menyerang paru-paru saja. Bahkan dengan cepat kuman TBC ini juga menyerang bagian lainya, jika menyerang otak, ginjal dan tulang bisa menjadi monster pembunuh.
Pasukan kuman yang menetap di paru-paru bisa menyebabkan batuk darah, bahkan bila dalam jumlah banyak bisa menyebabkan kematian. Hal ini terjadi seandainya rongga di dalam paru-paru sudah cukup besar dan berhubungan dengan pembuluh darah, sehingga darah bisa mengucur seperti air ledeng.
Harus Disiplin Minum Obat
Kuman TBC ini sangat pintar menunggu waktu, dan juga membuat kemunculan juga tidak bisa terdeteksi.
Sampai saat ini, TBC sangat identik dengan penyakitnya kalangan kelas bawah. Sedangkan masyarakat kelas atas biasanya sakit liver, serangan jantung, atau darah tinggi. Namun yang harus diingat, begitu ia harus berbaring di ranjang selama berhari-hari dalam kondisi lemah, baru kemudian kuman TBC yang sembunyi mulai muncul.
Yang harus disadari adalah, bila seseorang dengan kuman positif akan menularkan pada 20 orang disekitranya. Dua puluh orang tersebut masing-masing akan menularkan lagi ke-20 orang berikutnya. Maka itulah sebabnya maka saat seseorang terdeteksi mengidap TBC, keluarga atau orang dengan siapa ia sering kontak pun harus diperiksa.
Terhadap orang di sekitar penderita maka dilakukan case-finding (penemuan kasus), terutama pihak keluarga harus diperiksa secara teliti, mulai dari tanya jawab, pemeriksaan dahak, badan yang biayanya relatif murah. Mereka yang mampu bisa melakukan pemeriksaan rontgen, baru bercak sedikit sudah bisa ketahuan walau pun mungkin dahaknya negatif.
Baca juga: Bahaya Merokok dan Tips Berhenti Merokok.
Menurut dr Zulkifli, harapan sembuh akan tercapai jika si penderita disiplin dalam minum obat dokter. Dengan memperbaiki gizi dan nilai-nilai nutrisi yang ia makan, berarti fungsi makrofak (bagian dari sel-sel darah putih yang berfungsi khusus membunuh kuman-kuman pendatang, terutama kuman TBC juga membaik).
Namun sayang, banyak kasus, kuman TBC ini sudah tidak mempan obat lagi, karena penderita putus minum obat. Bila dalam stadium wajar, cukup dengan 4 sampai 5 antibiotik. Namun, dibalik itu juga dilema, biaya menjadi meningkat berlipat ganda, karena harganya mahal, si penderita tidak mampu lagi membeli obat, yang membuat daya tahan tubuhnya menjadi semakin menurun, dan celakanya tubuh yang mengandung kuman-kuman yang resisten terhadap antibiotik, ditambah dengan dengan pergaulan yang dilakukannya sehari-hari membuat banyakorang yang semakin terpapar.
Waspada TBC Menular
Menurut dr Zulkifli Amin, maka waspadalah dengan TBC, jika terjadi hal-hal berikut ini:
- Demam ringan yang seringkali timbul. Badan terasa seperti flu.
- Bila tidur malam berkeringat tanpa sebab, meskipun udara dingin.
- Batuk berdahak selama 2 minggu lebih, tanpa diketahui sebab spesifiknya. Terkadang disertai darah.
- Napas terasa sesak dan dada terasa nyeri.
- Suara sering parau.
- Nafsu makan menurun, begitu pun dengan berat badan.
- Perasaan tidak enak.
- Badan terasa lemah lesu.
- Postur badan selalu kurus.
Bila Anda mengalami hal di atas, maka segeralah memeriksakan diri agar sputum (dahak) Anda secepatnya dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis.
Gunakan Masker
Jadikan daya taha tubuh Anda menjadi prima, karena tubuh yang prima ini menjadi musuh abadi sang agresor TBC. Jika fungsi makrofak bagus, dengan kejam ia akan membunuhi kuman TBC dan menelannya.
Bila kondisi makrofak melemah akibat menurunnya kondisi tubuh seseorang, kuman yang masuk ke makrofak tidak dibunuh malah menjadi berlipat ganda.
Kuncinya tingkatkan makrofak dan perkuat fungsinya, maka kuman jahat ini akan mati dengan sendirinya,
Untuk memperkuat makrofak, dokter biasanya akan memberikan interveron atau juga semua protein yang memperbaiki fungsi gizi. Bisa juga diberi beberapa obat-obatan tradisional yang tergolong fitofarmaka, gunanya untuk memperkuat fungsi kekebalan tubuh,
Dengan gizi yang baik, nutrisi yang baik, kemudian diberikan fitofarmaka, maka proses penyembuhan bisa dipercepat. Tapi bila kuman banyak sekali, harus diatasi dengan obat yang bisa langsung mematikan kuman.
Meskipun cukup gizi, hindari kurang tidur, sebab bisa mengkibatan fungsi makrofak menjadi menurun.
Untuk mengetahui seseorang pernah terkena kuman TBC atau tidak, dokter akan melakukan tes Mantoux. Pemberian vaksin BCG juga telah terbukti melindungi anak-anak dari penularan TBC berat yang mematikan.
Setelah disuntik kemudian akan timbul jaringan parut, dan akan melindungi anak sampai 6 bulan atau setahun. Hanya saja, perlindungan yang diberikan kurang maksimal. Sebab begitu kondisi badannya agak turun, susunya berkurang, bila ada anggota keluarga yang terkena maka ia akan tetap tertular. Namun vaksin BCG dalam tubuhnya membuat kuman TBC tidak menjadi berat dan tidak mematikan.
Anggota keluarga yang sudah terjangkit diminta untuk memakai masker setiap hari. Sedapat mungkin penderita TBC diisolasi dalam kamar yang dilengkapi dengan kipas penyedot, udara kamar dibuang ke udara terbuka agar terpapar sinar matahari. Atau biarkan jendela kamarnya dibuka agar udara segar dan sinar matahari masuk. Bila ia dirawat di kamar tertutup, kuman yang menghambur bersama batuknya akan terus berlipat ganda.
Oleh karena itu, tampunglah dahak dalam pispot yang diberi karbol atau lisol, kemudian buang ke lubang WC. Setiap hari, usahakan kasur bekas ia tidur dijemur. Jika daya tahan tubuh anggota keluarga lain sedang rendah, maka jauhkan dirinya dari penderita.
Cara Menghindarkan dari TBC
Terdapat tips untuk menghindarkan TBC dengan berbagai cara-cara berikut ini:
- Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.
- Jagalah kebersihan lingkungan hidup, termasuk kebersihan diri.
- Usahakan rumah tidak lembab, selalu memperoleh sinar matahari.
- Kamar berventilasi cukup, dan pada pagi hari buka jendela lebar-lebar agar udara bersih bisa dengan bebas masuk.
- Jauhilah percikan batuk penderita TBC.
Itu sedikit informasi dan tips tentang “TBC, pembunuh ganas di Indonesia”. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "TBC, Pembunuh Ganas di Indonesia"
Posting Komentar