Apa Benar Cedera Pada Tulang Bisa Menyebabkan Bungkuk?
Beberapa waktu lalu, ada kawan yang datang saat kami berkumpul untutk menikmati kopi di warung langganan kami, di tengah perbincangan ngalor ngidul yang tidak tahu juntrungannya tersebut, salah satu kawan mengatakan bahwa ada keponakannya yang mengalami kecelakaan dan terjadi cidera pada tulangnya. Pertanyaan yang membuat kami berpikir dan berusaha mencari informasi tentang hal tersebut adalah, apa benar cedera pada tulang bisa menyebabkan bungkuk?
Ilustrasi (Gambar: iflscience.com) |
Dari berbagai referensi dan informasi yang disampaikan dalam media informasi termasuk internet dan media cetak, terdapat informasi yang tepat yang kami temukan, yaitu catatan dari Ibu Christantiowati yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No 530, yang saat itu membahas tentang badan bungkuk.
Tidak Semua Cedera Disebut Patah Tulang
Mengenal cedera tulang memang sangat penting, bahkan ada catatan secara medis tentang hal ini, termasuk bila mengalami cedera tulang, jangan diurut atau bahkan ke dukun tulang, yang dikhawatirkan bisa-bisa malah tulang menjadi mengkerut.
Bahkan ada fakta yang mengejutkan bahwa TBC tulang telah terbukti menyebabkan punggung menjadi bungkuk.
Selain itu, penyebab terbanyak tulang cedera adalah kecelakaan. Di jalan raya kebanyakan yang menjadi korban adalah pengendara sepeda motor. Sedangkan penyebab tulang cedera di rumah menururt dr. Luthfi Gatam, Sp.OT (K-Spine) dari Klinik DBC (Documentation Based Care), Rumah Sakit Internasional Bintaro, ternyata diakibatkan jatuh dari loteng.
Baca juga: Tips Agar Tidak Cedera Lutut Saat Berolahraga.
Yang perlu diketahui adalah tidak semua cedera itu berupa patah tulang. Menurut dr Luthfi Gatam, Sp.OT, “Hanya sprain, keseleo, salah urat, ligamen atau jaringan ikat antartulang tertarik, robek sedikit hingga tampak luar membengkak, bukan patah. Selain itu, pasca kecelakaan dan usaha dari tubuh untuk membekukan darah agar tidak terjadi pembengkakakn.
Maka itu sebabnya, saat pemain sepakbola cedera, maka tindakan medis yang dilakukan adalah dengan mengompres dengan es atau air dingin. Hal ini dilakukan dengan prinsip do no harm atau jangan memperparah yang sudah parah.
Tips Sembuh Tanpa Luka Parut
Pada cedera ringan, bagian sprain diistirahatkan terlebih dahulu dengan dibidai, biasanya dengan kain pembalut coklat. Jadi tidak selalu digips. Bila tulang patah, secara alami sebenarnya tulang bisa bersambung lagi.
Hal ini dibenarkan dr Luthfi, bahwa tulang dan usus adalah dua organ tubuh istimewa yang bisa pulih tanpa luka parut.
Yang menjadi masalah adalah kita menginginkan sambungan yang baik dan bisa berfungsi seperti semula dalam waktu yang relatif cepat, maka dokter akan membius pasien sampai tenang dan lemas, dengan tujuan untuk mudah mengembalikan tulang ke posisi yang benar.
Hal ini tentu yang membedakan dengan tukang pijat atau dukun tulang yang melakukan tindakan tanpa bius pemati rasa. Pasien yang memberontak karena kesakitan malah bisa memperparah kondisi tulang, bisa saja tulang tersambung, namun dalam posisi yang tidak normal.
Bahkan tidak sedikit kejadian, karena keselo, kemudian diurut ke dukun tulang, penderitanya malah menjadi timpang karena tungkainya ‘pendek sebelah’. Kadang terjadi cedera parah yang disebut dislokasi, tulang-tulang keluar dari tempurungnya. Biasanya terjadi pada pergelangan tungkai bawah atau lutut. Terjadi nyeri yang hebat, sehingga harus ditangani dokter kurang dari 8 jam, bila terlambat, maka akan ada jaringan mati karena terputusnya aliran darah, hal ini berakibat tulang mati, terjadi pengapuran, hingga harus diamputasi.
Waspadai Terkena TBC Tulang
Secara sekilas, pasien seperti tidak bermasalah. Kebanyakan mengalami cummulative trauma disease yang mengenai bantalan tulang belakang, yang memicu terjadinya deformitas, kelainan bentuk sosok tubuh.
Gejala awal yaitu terdapat perkaratan, umumnya yang disebut dengan pengapuran - tulang belakang, sendi-sendi bahu, lutut, panggul.
Perkaratan intinya adalah kerusakan pada tulang rawan rendi, pelapis ujung tulang yang berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulang berbenturan saat sendi digerakkan. Bila tekanan terlalu berat, tulang rawan ini akan terkikis, menipis hingga tidak bisa berfungsi lagi. Persendian terasa kaku dan nyeri. Gangguan ini bisa diatasi dengan fisioterapi, dibantu dengan pengurangan bobot tubuh dan penggunaan pelindung lutut.
Deformitas yang paling berat adalah kifosis (yang berasal dari bahasa Yunani, kyphos yang berarti punuk). Kifosis sering dihubungkan dengan skoliosis, tulang belakang melengkung menyamping. Baru disebut kifosis bila lengkungannya lebih dari 400 derajat. Bila lebih dari 500 sudah dianggap tidak normal.
Pada kifosis ringan mungkin belum disadarai karena nyaris tidak menimbulkan keluhan, kecuali rasa lelah, punggung nyeri, dan kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan harian.
Secara umum dikenal tiga jenis kifosis, antara lain:
- Congenital kyphosis, yaitu kelainan bawaan sejak dirahim ibu, yang harus segera diatasi sedini mungkin, sebelum berusia 10 tahun.
- Postural kyphosis yang paling banyak ditemui (khususnya pada remaja putri), dan biasa disebut dengan bungkuk udang. Kyphosis jenis ini jarang menyebabkan nyeri dan tidak menimbulkan gangguan saat dewasa. Cara mengatasinya dengan memperkuat otot perut dan lutut yang membuat tubuh menjadi lebih nyaman.
- Scheuemannis khyphosis (nama ini diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Khyphosis ini banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Hal ini bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul). Gerak tertentu bisa memicu nyeri dan akhirnya tidak kuat duduk atau berdiri lama. Hal ini bisa diatasi dengan memakai brace (rompi penyangga batang tubuh), latihan memperkuat tulang belakang dan juga pemberian obat antiradang pereda nyeri.
Terdapat banyak pemicu kifosis. Di Indonesia pemicu terbanyak adalah infeksi, terutama Mycobacterium tubercolosis (TBC) yang menyerang tulang belakang.
TBC tulang ini bisa dialami mantan pasien TBC paru yang tidak menuntaskan pengobatannya atau terinfeksi bakteri TBC tanpa menunjukkan gejala. Bakteri TBC yang tertidur itu mengikuti aliran darah dan menyerang dengan tenaga berlebih saat daya tahan tubuh melemah. Bakteri berkembang biak umumnya di ujung pembuluh, terutama di tulang belakang yang menggerogoti badan tulang belakang, membentuk kantung nanah yang bisa menyebar sepanjang otot pinggang sampai daerah lipat paha.
Kantung nanah dan badan tulang belakang yang hancur memicu tulang belakang ‘jatuh’, condong ke depan. Kedua hal ini bisa menyebabkan penekanan saraf-saraf sekitar tulang belakang yang mengurus tungkai bawah, sehingga gejalanya bisa kesemutan, kebas, bahkan lumpuh. Badan tulang belakang condong ke depan menyebabkan tulang belakang dapat diraba dan menonjol di belakang, nyeri bila tertekan. Inilah yang disebut gibbus (punuk). Bahaya paling berat adalah kelumpuhan tungkai bawah, karena penekanan batang saraf di tulang belakang.
TBC tulang tidak menular. Ini yang membedakannya dengan TBC paru. Semoga informasi tentang “apa benar cedera pada tulang bisa menyebabkan bungkuk?” ini bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Apa Benar Cedera Pada Tulang Bisa Menyebabkan Bungkuk?"
Posting Komentar