Keris, Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Dunia
Siapa yang tidak kenal dengan senjata yang satu ini? Keris, warisan budaya Indonsia yang diakui dunia ini sudah menjadi karya adiluhung leluhur dan merupakan karya agung bangsa Indonesia. Keris menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, apalagi sejak UNESCO pada November 2005 mengakuinya sebagai warisan budaya oral dan nonbendawi manusia.
Tidak dapat dipungkiri semenjak dunia mengakui keris sebagai karya agung bangsa Indonesia, maka pupus sudah harapan negara lain yang ingin mengakui keris sebagai karya bangsanya. Memang tidak ada yang mampu menandingi teknik tempa keris termasuk pedang arah, pisau Iran, bahkan pedang Turki sekalipun.
Keris (Gambar: cintaindonesia.web.id) |
Perbedaannya terletak pada pamor, pamor pedang lain adalah hasil dari sinarasah (ukir), sedangkan pamor keris adalah hasil penempaan sehingga seolah pamor ‘tumbuh’ dari dalam bilahnya.
Arti dan Kehadiran Keris
Sejak ditemukan pertama kali di Jawa pada abad ke-6, tidak ada upaya pihak mana pun untuk mengangkat derajatnya sebagai warisan budaya leluhur. Padahal, budaya keris telah merambah ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, Kamboja (pesisir) dan Filipina Selatan melalui ekspansi kerajaan Singasari dan Majapahit.
Kualitas seni sebilah keris sudah terlihat sejak sebelum dicabut dari warangkanya. Bahan yang digunakan pada sarung wadahnya (pendok) ada yang terbuat dari emas murni (atau perak, kuningan, tembaga) dihias ukiran lembut ditaburi intan, berlian atau batu permata lainnya.
Baca juga: Asal Usul Pompa Listrik.
Sedangkan pada gagang keris (ukiran) juga beragam bentuknya. Ada yang mengambil sosok stilasi manusia, binatang dan lain-lain. Bahannya pun bisa terbuat dari kayu, gading, tanduk, tuang binatang, gigi ikan dan juga logam. Dengan tekstur diukir halus dan lembut, tidak jarang dihiasi pula dengan batu permata.
Tekstur warna pada kayu warangka dibuat dengan pola sesuai gambaran serat kayunya yang tentu saja menjadi indah, dan terbuat dari kayu, gading, tanduk kerbau, bahkan fosil binatang purba, warangkanya pun bisa memperlihatkan status ekonomi sang pemilik. Apalagi bila dipadankan dengan cincin keris (mendak) yang selain dihiasi batu zircon, pada keris kelas atas malah terbuat dari emas murni bertatahkan berlian (selut) yang harganya mencapai puluhan juta.
Yang menarik adalah begitu keris dicabut dari warangka, kemudia diangkat sedikit di atas wajah, maka dalam posisi itu akan tampak gaya irama bentuk dan kesan perwatakan sang keris (pasikutan). Bilahnya yang benar-benar lurus seperti ular bertapa atau lekuknya (luk) meliuk indah seperti ular berjalan, dengan presisi jarak antarlekuknya selalu membuat kagum.
Bentuk atau tipe keris itu biasa disebut dengan dhapur. Dalam manuskrip Sejarah Empu, Pangeran Wijil menuliskan pakem dhapur lurus ada 40 macam, luk sebelas (10 macam), luk tiga belas (11 macam), luk limabelas (6 macam) luk tujuh belas (2 macam), luk sembilan belas hingga luk dua puluh sembilan (2 macam) sedang luk tiga puluh lima hanya terdapat satu macam.
Proses Pembuatan Keris
Meskipun terkesan rumit dan menuntut intensitas tinggi, membuat keris ternyata tidak lepas dari hubungan transendental dengan Yang Maha Kuasa. Sebelum, selama dan saat mengakhiri pembuatan keris seorang empu tidak pernah lepas dari upacara ritual memohon keberkahannya. Pada tahap akhir, jika tidak diizinkan-Nya, maka proses pembuatan keris selama berbulan-bulan akan gagal total.
Diawali dengan memanasi besi bahan seberat 18 kg sampai merah membara kemudian ditempa berulang-ulang sampai bentuknya memanjang dan beratnya menyusut hingga tinggal 7 sampai 9 kg.
Kemudian besi ditekuk hingga berbentuk huruf U, kemudian diselipi bahan pamor (meteorit), ditempa, ditekuk lagi, ditempa lagi, terus begitu, setidaknya 24 kali tempaan hingga besi dan pamor menyatu. Beratnya tinggal 4 kg, kemudian dipotong lagi sama panjang, direkatkan dengan menyelipkan baja ditengahnya, diikat kawat kemudian dipanasi lagi, ditempa lagi, terus berulang-ulang.
Proses pemanasan tersebut tidak boleh melebihi 1.3000 Celsius, agar tetap heterogen. Jadi, unsur besi, baja dan pamor tetap terpisah. Jika melewati fase 1.5000 Celsius, maka besi akan melewati fase cair.
Pada tahap akhir keris yang sudah dibentuk, baik lurus maupun berluk, kemudian dipanaskan hingga membara (650 - 7500 C) kemudian tiba-tiba dicelupkan ke bambu besar berisi air dengan ramuan tertentu. Pada tahap sang empu meningkatkan ritual doa, minta izin Alloh, sebab bila gagal, maka bilah keris akan mleyot, tidak ada gunanya lagi.
Itu sedikit informasi tentang “Keris, warisan budaya Indonsia yang diakui dunia”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Keris, Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Dunia"
Posting Komentar