Mengenal Sanca
Baru-baru ini banyak kabar yang menyebutkan ular yang masuk ke pemukiman warga. Yang terbaru adalah ular berukuran besar yang masuk ke rumah warga dan bersembunyi di atas plafon rumah, yang membuat pemilik rumah harus menghubungi Damkar untuk bisa menangkap ular tersebut. Setelah dilihat-lihat ternyata ular tersebut adalah jenis ular sanca. Mengenal sanca menjadi pembahasan menarik kali ini.
Ilustrasi (Gambar: Shutterstock/Dwi Putra Stock) |
Banyak sekali referensi dan pembahasan yang membahas tentang piton atau sanca. Salah satunya yang disampaikan oleh Christantiowati yang ulasannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 493.
Apa Itu Ular Sanca?
Tubuh ular ini memang besar dan panjang, sehingga terlihat mengerikan. Sebenarnya ular sanca ini bukanlah pemangsa manusia, dan di alam bebas kehadiran ular ini berfungsi sebagai predator. Maka tidak heran bila banyak petani menggunakannya sebagai pembasmi tikus.
Ular piton atau sanca memang memiliki tubuh yang besar, kecuali sanca berbintik Liasis childreni yang memiliki panjang tidak lebih dari 61 cm.
Python reticulatus atau sanca jala, panjangnya bisa mencapai 15 meter, dengan berat sekitar 447 kg. Sanca jala disebut juga dengan sanca jaring atau batik.
Baca juga: Jaring Laba-laba, Tipis Tapi Kuat.
Terlepas dari sosoknya yang menyeramkan, terdapat sesuatu yang unik, yaitu dari sisi kulitnya. Lapisan terluar tubuhnya tersebut terlihat licin dan berkilau. Padahal kulit tersebut tersusun dari ribuan sisik kering yang tersemat erat pada kulitnya (termasuk pada bagian matanya).
Sisik pada tubuh sanca umumnya kecil-kecil, namun pada bagian perutnya lebar-lebar. Pada ekornya berubah menjadi sisik yang saling berpasangan. Sisik yang halus dan bertumpuk susunannya itu memudahkan ular untuk bergerak.
Seperti jenis ular lainnya, piton juga berganti baju atau kulit dengan kulit baru. Kulit lama tersebut sebenarnya adalah sel-sel kulit mati yang harus dicopot seiring pertumbuhan badannya. Agar tidak menimbulkan rasa sakit saat ganti baju, cairan di bawah kulit lama dikeluarkan begitu kulit baru terbentuk. Cairan ini membuat kulit baru tampak kusam dan kebiruan.
Berbeda dengan sanca lainnya, sanca burma memiliki sisik di dekat ekor bagian bawah. Di seputar matanya terdapat sisik yang jelas dan keras sebagai ganti pelupuk hingga tampak seperti kacamata.
Kacamata ini berkembang saat pertama kali menggali tanah atau berenang. Matanya berkabut akibat adanya cairan di bawah sisik sehingga sulit melihat dengan matanya.
Oleh karena itu, untuk mengenali keberadaan musuh atau calon mangsanya, sanca mengandalkan lidahnya untuk melihat dengan cara dijulur-julurkan. Meskipun bisa menangkap getaran di tanah, matanya yang melotot tidak banyak menolong untuk mengindra benda di depannya.
Selain sebagai alat pendengaran, karena ular tidak memiliki telinga, lidah ular sebenarnya berguna untuk mencium dan mengenali bebauan yang ada didepannya. Bau tersebut bisa dikenali setelah diproses oleh organ Jacobson yang ada di langit-langit mulutnya. Dengan cara inilah ular memburu dan menemukan mangsanya.
Bagaimana Cara Sanca Makan?
Hal unik sebenarnya saat melihat sanca makan atau memasukkan makanannya melalui mulutnya yang kecil tersebut. Bagaimana mulut kecil yang rahang atas dan bawahnya hanya dihubungkan oleh bekas sendi tersebut bisa melakukannya?
Dengan konstruksi mulut demikian, rahangnya bisa terbuka lebar, selebar-lebarnya. Apalagi rahang bawahnya terbagi dua dan bisa meregang ke samping. Bahkan masing-masing bagian bisa digerakkan dalam waktu yang tidak serentak. Saat menelan korban, kulit sanca ikut meregang. Giginya yang runcing, panjang dan condong ke belakang mencengkeram tubuh mangsanya sampai menembus lapisan bulunya. Saat kedua rahang bergerak mencaplok, korban ditarik masuk ke dalam mulut. Karena piton tidak berpinggang dan bertulang bahu, maka makanan pun bisa dengan mudah masuk ke perut.
Meskipun bertubuh besar, namun sanca bukan tukang makan, karena tidak memerlukan pembakaran agar tubuhnya tetap hangat. Untuk minum, sanca cukup bergelung menggantung di dahan pohon untuk mengumpulkan embun dan air hujan yang terjebak di sela-sela lipatan sisiknya.
Ciri Khas Sanca
Berdasarkan ciri fisik dan kebiasaannya, sanca termasuk dalam filum Chordata (hewan dengan notocord, urat saraf tulang belakang), subfilum Vertebrata (hewan bertulang belakang), kelas Reptilia, ordo Squamata (reptil bersisik), subordo Serpentes (ular), famili Boidae (boa dan sanca), dan subfamili Phythoninae (sanca), yang sampai kini tergolong menjadi 10 genus dan sedikitnya 38 species dari sekitar 2.700 ular sedunia.
Australia memiliki paling banyak sanca endemik (12), sedangkan Indonesia menjadi tempat 9 sanca endemik Asia, dan memiliki 5 sanca endemik Indonesia sendiri (sanca papua Apodora papuanus yang tinggal di daerah berumput, sanca kalimantan Phyton curtus breitensteini, dan sanca sumatra Phyton curtus curtus yang berekor pendek, sanca sawu, dan sanca timur Phyton timorensis yang tinggal di padang rumput atau hutan tropis terbuka).
Berbicara tentang beranak pinak, tentu saja bisa dikatkan hal ini menjadi hal unik, karena kematangan seksual sanca tidak dilihat dari umur, tapi panjang badannya.
Pada umumnya, saat mencapai 2/3 atau ¾ panjang maksimumnya, dalam hal ini ular jantan dan betina tidak sama.
Pada sanca burma jantan, misalnya sudah siap kawin saat sudah mencapai 2,4 meter panjangnya, sedangkan betinanya setelah mencapai sekitar 3 meter.
Masa birahi sanca betina dikabarkan ke pejantan melalui aroma tertentu dari tubuhnya. Terkadang para pejantan harus bersaing untuk menyuntingnya.
Perkawinan dimulai saat si jantan mengaitkan ekor dan kadang bagian tubuhnya ke tubuh si betina sampai kloaka (saluran pembuangan dan pembuahan) mereka berdampingan.
Tiga sampai empat bulan setelah kawin, si betina akan bertelur. Banyaknya tergantung ukuran tubuhnya, pada umumnya 8 sampai 100 butir. Kalau pada ular jenis lain bersarang pada tanaman yang membusuk dan hangat atau di bawah sinar Matahari, sedangkan sanca menumpuk, membelit dan mengerami telurnya 3 sampai 5 bulan. Terkadang induk sanca ini harus menggetarkan tubuhnya untuk menghasilkan panas sampai 7 derajat Celsius.
Bagaimana dengan bayi sanca kecil?
Dengan gigi khusus di ujung mulutnya yang sudah tumbuh sejak masih terbungkus telur, bayi-bayi ular sanca akan membelah dan memecah cangkang, sebelum keluar dari telur. Dan gigi tersebut akhirnya rontok saat bayi sanca keluar dari cangkangnya. Saat lahir, bayi sanca tersebut memiliki panjang 75 cm.
Pertumbuhan bayi sanca tersebut bisa dikatakan sangat cepat, dalam setahun sudah mencapai 2 meter. Usia sanca ini pun bisa panjang rata-rata 20 sampai 25 tahun, terkadang bisa mencapi 40 tahun.
Itu dia sedikit informasi tentang mengenal sanca. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan bisa menjadi referensi untuk Anda yang ingin mengetahui tentang seluk beluk sanca.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Sanca"
Posting Komentar