Dewey, Penomoran Buku di Perpustakaan

Kali ini ada sedikit berbeda pembahasannya. Anda pernah mendengar “Dewey”, penomoran buku di perpustakaan? Nama Dewey, mungkin jarang Anda dengar, namun bila Anda sering datang ke perpustakaan dan melihat berbagai penomoran dalam buku, tentu Anda sudah terbiasa, meskipun belum tahu maksud dan tujuan nomor tersebut.

dewey-penomoran-buku-di-perpustakaan
Ilustrasi (Gambar: dnb.de)

Ide tentang pembahasan Dewey sendiri berasal dari sedikit catatan dari Mukmin Suprayogi yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 558.

Mengenal Apa Itu "Dewey Decimal Classification"?

Memang bila Anda sering datang ke perpustakaan dan melihat ribuan hingga jutaan buku yang ada, tentu Anda pernah melihat buku-buku tersebut terdapat penomoran yang mungkin begitu asing untuk Anda.

Nomor yang melekat pada punggung buku tersebut berguna untuk memudahkan pengunjung dalam mencari buku.

Baca juga: ISBN dan Makna Angka Didalamnya.

Penomoran tersebut dikenal sebagai sistem persepuluhan Dewey (Dewey Decimal Classification), karya dari pustakawan Amerika Serikat, Melville Louis Kossuth Dewey (1851 - 1931).

Apa maksud dari penomoran Dewey tersebut? 

Penomoran mulai dari 000 sampai 900 sebenarnya tersirat makna siklus hidup manusia, dari lahir sampai meninggal.

Pemahaman tersebut juga berguna untuk mengingat urutan dalam sistem Dewey, antara lain:

  • Angka 000 (Umum)

Angka ini melambangkan bahwa manusia lahir dalam keadaan tidak tahu apa pun dan tidak mengenal siapa pun.

Oleh karena itu, bayi yang baru lahir pasti menangis yang melambangkan perpindahan dari alam rahim ke alam dunia.

  • Angka 100 (Filsafat)

Angka ini diibaratkan anak usia balita, dia mulai berkenalan dengan seluruh anggota keluarga.

Pada taraf pemikiran yang masih sederhana, dia sudah mulai tahu panasnya api, dinginnya es, sejuknya AC dan seterusnya.

  • Angka 200 (Agama)

Angka ini melambangkan, saat sang anak sudah mulai berpikir, kepadanya tidak lupa diperkenalkan adanya Tuhan. Sering kali kita menyaksikan, orang tua membawa si kecil ke tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, vihara dan sebagainya.

  • Angka 300 (Ilmu Sosial)

Pada angka ini melambangkan bahwa orang tua berusaha agar sang anak bisa berkenalan dengan kawan sebayanya, maka walau masih balita, anak sudah mulai memasuki pra sekolah, seperti playgroup dan sejenisnya.

Diharapkan sang anak memperoleh pengalaman bergaul dengan masyarakat dan memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungan.

  • Angka 400 (Bahasa)

Pada saat yang sama, seiring dengan perkembangan psikologis dan fisik, kemampuan bahasa sebagai modal pergaulan juga berjalan seimbang.

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dengan lingkungan terutama bahasa ibu. Sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan akan lebih optimal dan intensif.

  • Angka 500 (Ilmu Murni)

Beranjak usia sekolah, bekal kehidupan ke depan sudah mulai diberikan pada anak. Anak mulai berkenalan dengan ilmu-ilmu pengetahuan “murni”, seperti matematika, bahasa, ilmu alam, dan sebagainya.

  • Angka 600 (Ilmu Terapan)

Beranjak remaja, bukan sekedar ilmu-ilmu murni saja, melainkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

  • Angka 700 (Kesenian)

Setelah memiliki ilmu, ada pula yang berminat terhadap keindahan. Kemampuan rasa lebih tajam, dominan atau terdapat keseimbangan, antara akal dengan rasa, yaitu antara kemampuan sains teknologi dengan cita rasa seni, seperti gemar melukis, bermain musik, dan sejenisnya.

  • Angka 800 (Kesusasteraan)

Tidak hanya seni saja, namun ada juga yang berminat di dunia kesusasteraan. Lihat saja sastrawan seperti Taufik Ismail. Saat Anda membaca karya sastranya atau pusinya, Anda pasti tidak akan percaya bahwa Taufik Ismail adalah seorang dokter hewan.

  • Angka 900 (Biografi)

Angka 900 dilambangkan sebagai akhir dari siklus perjalanan hidup. Seperti kata pepatah “gajah mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”, demikian pula dalam siklus kehidupan.

Perilaku yang baik meninggalkan nama yang harum, perilaku yang buruk membuahkan nama yang buruk.

Itu dia sedikti informasi tentang “Dewey”, penomoran buku di perpustakaan. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Dewey, Penomoran Buku di Perpustakaan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel