Fast Food, Di Balik Nikmat Ada Ancaman Untuk Tubuh

Siapa yang tidak suka fast food? Pasti semua menjawab menyukainya, terlepas dari rasanya yang enak, cara penyajiannya yang super cepat, membuat makanan cepat saji ini menjadi pilihan mereka yang super sibuk. Tidak hanya mereka yang sibuk, anak-anak sering menjadikan fast food sebagai makanan favorit mereka. Namun siapa sangka, fast food, di balik nikmat ada ancaman untuk tubuh dan juga kesehatan para pecintanya.

fast-food
Ilustrasi (Gambar: partstown.com)

Tentu sangat menarik membahas tentang kesehatan, apalagi sejak meredanya wabah pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Ada banyak pembahasan tentang fast food, salah satunya yang disampaikan oleh Prof. Ali Khomsan, yang merupakan Guru Besar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) IPB, yang juga pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 503.

Fast Food Near Me? Hati-hati Mengonsumsinya

Siapa yang tidak kenal dengan Amerika Serikat, yang ternyata sukses mempopulerkan makanan cepat saji atau fast food sebagai cara makan masa kini atau cara makan modern. 

Namun, akhir-akhir ini Amerika Serikat akhirnya juga dihujat karena fast food ini yang menyebabkan banyak gangguan kesehatan, khususnya mereka para pecinta fast food yang notabene sering mengonsumsi fast food sebagai makanan keseharian.

Sejarah hadirnya fast food memang sudah ada sejak abad ke-19, saat dimulainya babak baru industri Amerika Serikat.

Baca juga: Tips Menjaga Berat Badan Selama Berpuasa.

Saat itu masyarakat tradisional Amerika Serikat memasuki dunia kerja industri dengan kebiasaan baru, dimana mereka harus bekerja 8 sampai 10 jam sehari, dengan waktu istirahat yang pendek, sehingga harus efisien dalam memanfaatkan waktu makan.

Berbicara tentang fast food, saat itu hanya berupa snack bar yang dijual di kios-kios, dan memasuki abad ke-20 baru muncul restoran fast food, yang kemudian disusul dengan era waralaba pada tahun 1950-an.

Hadirnya fast food tentu saja menjadi euforia, karena cocok dengan gaya hidup modern, dengan cara penyajian yang cepat, membuat mereka yang sangat sibuk bisa menikmatinya sambil berdiri atau berjalan. Tentu saja hal ini bersamaan dengan terjadinya perubahan besar dalam kehidupan keluarga di Amerika Serikat, para istri yang dulunya hanya menjadi ibu rumah tangga, banyak yang beralih menjadi wanita pekerja. Dan hal ini mengakibatkan para ibu yang bekerja ini tidak sempat menyiapkan sarapan dan makan siang untuk anggota keluarganya.

Pada akhirnya, para suami dan anak-anak memilih restoran fast food sebagai pilihan. Bertahun-tahun menjalani kehidupan seperti itu, akhirnya mereka sadar bahwa kehadiran fast food menjadikan banyak orang gemuk di Amerika Serikat.

Dan ancaman serius tentang kesehatan akibat terlalu sering mengonsumsi fast food seperti penyakit jantung koroner. Secara teorits, saat menelan banyak kalori, tubuh akan dipaksakan menghasilkan insulin dalam jumlah ekstra untuk mengubah karbohidrat menjadi gula darah.

Namun kehadiran insulin yang terlalu banyak, justru akan memicu terjadinya kerusakan pembuluh darah karean lemak dan insulin tersebut. Pembuluh darah penuh dengan segala macam kotoran, termasuk kolesterol. Saat kolesterol menyumbat aliran darah, maka terjadi penyakit jantung koroner.

Naiknya berat badan karena konsumsi kalori secara berlebihan ternyata membawa dampak buruk bagi tekanan darah, yang membuat mereka rentan terhadap masalah hipertensi, yang merupakan pemicu penyakit jantung.

Tips Menekan Penyakit Jantung

Terdapat banyak studi yang membahas efek fast food, dan juga karena lemak. Salah satu alasan lemak mudah menetap ditubuh, karena badan ini malas bergerak. Padahal dengan latihan sederhana yang menerapkan prinsip F.I.T (frequency, intensity dan time) perlawanan terhadap lemak bisa dilakukan.

  • Frekuensi, diartikan dengan melakukan latihan fisik secara teratur dengan jeda waktu yang tetap. Para pakar olahraga menyarankan, frekuensi tiga kali seminggu cukup untuk menjaga kesehatan.
  • Intensitas, yang dimaksudkan adalah dengan tujuan untuk mencapai kebugaran secara optimal. Cara yang paling mudah untuk mengetahui intensitas latihan adalah dengan ‘tes bicara’. Bila Anda tidak bisa bicara saat latihan, itu berarti latihan tersebut snagat berat. Sebaliknya, bila masih bisa bercerita panjang lebar saat latihan, berarti latihannya kurang berat.
  • Time, berarti meluangkan waktu minimal selama 30 menit untuk kegiatan aerobik sekali latihan, telah dianggap cukup memadai. Dengan aktivitas fisik yang bersifat aerobik maka tubuh akan mendapatkan manfaat berupa penurunan berat badan dan perbaikan profil lipid. Perbaikan profil lipid tersebut mencakup berkurangnya kolesterol LDL (jahat) dan meningkatnya kolesterol HDL (baik) yang bermanfaat untuk menekan risiko penyakit jantung.

Itu dia sedikit informasi tentang “fast food, di balik nikmat ada ancaman untuk tubuh”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Fast Food, Di Balik Nikmat Ada Ancaman Untuk Tubuh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel