Orang Asing yang Berjasa dalam Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945
Siapa yang mengira dalam mewujudkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dulu, ada peran orang luar Indonesia yang juga turut berjasa. Siapakah orang asing yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia tahun 1945 tersebut?
Ilustrasi (Gambar: pinterpolitik.com) |
Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 lalu memang diperjuangkan dengan darah, air mata, bahkan nyawa oleh semua pejuang dan masyarakat Indonesia. Namun, ada sedikit menarik tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia tersebut, yang ternyata ada peran serta orang asing dalam kemerdekaan tersebut.
Siapa Saja Orang Asing yang Turut Serta Membantu Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945?
Ada banyak referensi yang membahas tentang orang-orang asing yang membantu terwujudnya kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Salah satunya yang disampaikan oleh Bambang Irawan, yang catatannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 493.
Baca juga: Eugene Dubois, Sang Penemu Java Men.
Penasaran?
Berikut beberapa nama yang turut berjasa atau memberi sumbangsih dalam mewujudkan atau pun mempertahankan kemerdekaan Indonesia, antara lain:
1. Patnaik dan Istri
Patnaik dan istrinya merupakan suami istri warga negara India dan salah satu orang terkaya di India. Kedekatannya dengan keluarga Nehru membuat mereka dianggap anak sendiri oleh Nehru.
Ternyata kedekatan itu pula yang membuat mereka berhasil menyelundupkan Bung Hatta untuk bertemu Nehru dan Mahatma Gandhi saat Hatta mendapat tugas rahasia ke India.
Pasangan Patnaik ini kemudian membuat Bung Hatta menyamar sebagai Abdullah dan bertindak sebagai kopilot Patnaik, yang memang memiliki lisensi terbang.
Diantar oleh Nehru, Hatta akhirnya bisa bertemu dengan Gandhi yang sebelumnya tidak tahu bahwa tamunya adalah Proklamator Indonesia.
Gandhi bahkan sempat marah atas insiden tersebut, namun akhirnya bisa memakluminya, dan misi yang diemban oleh Bung Hatta berhasil dilakukannya.
2. PRS Mani
PRS Mani adalah perwira India pada Tentara Sekutu yang menjabat sebagai perwira penerangan yang bertugas di Surabaya.
Mani bahkan sempat menjadi saksi betapa kuat tekad masyarakat Surabaya mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah lepas tugas dari kesatuannya, Mani bergabung dengan Kantor Berita Antara, disamping bekerja untuk Free Press Journal of Bombay.
Mani pernah ditempatkan di Yogyakarta sebagai wakil resmi Pemerintah India, dan juga pernah turut serta sebagai anggota penyelenggara Konferensi Persaudaraan Antar Asia yang agendanya membantu perjuangan bangsa Indoensia.
Bisa dikatakan, Mani berjasa besar dalam membantu Republik Indonesia yang masih sangat muda dalam memperoleh dukungan internasional.
3. Dr. Hu Yung
Hu Yung merupakan seorang sineas dari Korea yang mendarat bersama tentara Jepang. Bersama RM. Soetarto ia mendirikan PFN (Perusahaan Film Nasional) yang menghasilkan film-film perjuangan untuk dipertontonkan kepada masyarakat internasional. Hal ini mengakibatkan, kondisi nyata Indonesia bisa dinikmati orang asing.
4. Charles Tambu
Charles Tambu adalah seorang pria kelahiran Srilanka yang bekerja sebagai juru warta yang diperbantukan pada Dinas Penerangan Republik Indonesia.
Tambu sangat berperan membantu perjuangan Indonesia, saat Belanda melakukan agresi militer pada 21 Juli 1947.
Dunia internasional menolak agresi ini. Bahkan, India dan Australia membawa masalah ini ke sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, Amerika pada 30 Juli 1947.
Disinilah peran Charles Tambu bersama Sutan Sjahrir, H. Agus Salim, Sudjatmoko, dan Sumitro Djojohadikusumo dengan “berperang kata-kata” melawan delegasi Belanda. Pada sidang itu, H. Agus Salim membuat van Klefens -pemimpin delegasi Belanda- tergagap seperti terdakwa dalam sidang.
Foto-foto Tambu bersanding dengan Agus Salim, Sudjatmoko, dan Dr. Sumitro terpampang di harian-harian terkemuka di dunia.
5. Laksamana Maeda
Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang. Namun, ada tokoh Jepang yang bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia.
Laksamana Maeda menjadi tokoh Jepang yang bersimpati tersebut. Di rumahnya yang masuk daerah ekstra teritorial, sehingga tidak dapat dimasuki oleh angkatan lain, beberapa pemimpin nasional berkumpul merumuskan naskah Proklamasi yang diucapkan oleh Bung Hatta, kemudian ditulis oleh Bung Karno, dan selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik.
Rumah tinggal Laksamana Maeda tersebut kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
6. Thomas Christley
Thomas Christley adalah diplomat dari Australia yang datang ke Indonesia sebagai anggota Komisi Tiga Negara mewakili negaranya.
Christley sangat bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Saat Dakota Australia yang membawa Bung Syahrir dari Bukittinggi ke Singapura dipaksa mendarat di Palembang oleh Belanda karena membawa candu dan bubuk kina dalam jumlah besar, Christley turun tangan dengan cepat. Ia meminta agar Belanda melepaskan pesawat tersebut.
Maka selamatlah penumpang dan bahan-bahan yang akan dijual ke Singapura untuk ditukar dengan barang-barang yang dibutuhkan Indonesia.
7. Dr. George Mc Turner Kahin
Dr. George Mc Turner Kahin adalah sosok yang dikenal sebagai salah satu Indonesianis. Sejak menjadi mahasiswa, Kahin sudah berpetualang ke Indonesia untuk melakukan penelitian tentang revolusi Indonesia.
Kahin datang pada tahun 1948, dengan menyeberangi daerah demarkasi dengan jip bekas yang dibelinya. Meskipun sempat dicurigai, namun Kahin akhirnya diantar oleh seorang perwira TNI ke Yogyakarta.
Di ibukota perjuangan tersebut, Kahin berkesempatan berkenalan dengan tokoh-tokoh Republik Indonesia, seperti Sukarno, Hatta, Syahrir dan lainnya.
Hubungan Kahin dan Syahrir pun semakin erat. Bahkan ia termasuk pengagum tokoh kemerdekaan tersebut. Kahin juga menjadi saksi penyerbuan pasukan Belanda ke Yogya. Ia menulis buku Nationalism and Revolution in Indonesia dan mengajar di Cornell University, Amerika.
Sebagai seorang Indonesianis, Kahin menjadi acuan bagi orang luar untuk mengenal Indonesia. Tahun 1954 ia mendirikan Cornell Modern Indonesia Project (CMIP), dengan dana dari Ford Foundation.
8. Bob Freeberg
Bob Freeberg merupakan penerbang petualang yang telah jatuh cinta pada Indonesia, sehingga seluruh tenaga dan pikirannya dicurahkan ke negara yang masih muda ini.
Dengan pesawat Dakota C47, ia membantu mengangkut muatan ke luar Indonesia yang ditukarnya dengan barang-barang yang diperlukan oleh RI.
Freeberg pernah pula mengangkut pasukan PARA yang diterjunkan di Kalimantan. Pengalaman yang mendebarkan dialaminya saat mendarat di pantai selatan Jawa. Karena tidak ada landasan yang memadai, penduduk setempat membangun landasan dari bambu yang dianyam, dengan beralaskan anyaman bambu tersebut, ia mendarat dan terbang dengan Dakota-nya.
Freeberg akhirnya meninggal dalam tugas, saat ia disergap Mustang Belanda di atas Selat Sunda. Bangkai pesawatnya tidak pernah ditemukan.
9. Ketut Tantri
Sesuai dengan namanya, maka nama Ketut Tantri seperti tidak dapat dipisahkan dengan Bali. Sebenarnya ia adalah perempuan Amerika Serikat kelahiran Skotlandia, yang memiliki nama asli Susan Daventry-Walker.
Ia terdampar di Bali saat perang Dunia II. Saat perang berakhir, pengarang Revolt in Paradise (yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi “Revolusi di Nusa Damai”) ini akhirnya pindah ke Jawa Timur membantu radio Suara Pemberontakan.
10. John Coast.
Pada awalnya, John Coast adalah pegawai Departemen Luar Negeri Inggris, sebelum akhirnya bergabung dengan Indoensia.
Coast sendiri sangat dekat dengan Bung Karno, sehingga sering diajak berkeliling ke desa-desa sekitar Yogyakarta.
Coast kemudian diperbantukan pada Menteri Muda Luar Negeri H. Agus Salim dan pernah ditempatkan di Bangkok.
Disini, ia ditawan saat pendudukan Jepang dan disuruh ikut bekerja membangun jalan kereta api maut. Peristiwa ini difilmkan dengan versi berbeda dan diberi judul “Bridge over River Kwai” yang dibintangi oleh William Holden.
11. Letkol Laurens van der Post
Letkol Laurens van der Post adalah seorang perwira Inggris berdarah Belanda yang berasal dari Afrika Selatan.
Post termasuk anggota pasukan sekutu yang ditempatkan di Indonesia menjelang Perang Dunia II. Namun sayang, ia kemudian tertawan pasukan Jepang, saat Jepang menginvasi Indonesia.
Karena bisa berbahasa Jepang, seusai perang, ia diminta Jepang menjadi perwira penghubung antara Sekutu dan Jepang.
Van der Post juga memegang perananan penting dalam mediasi antara tokoh-tokoh Indonesia dan pihak Belanda.
Itu dia sedikit informasi tentang “orang asing yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia tahun 1945”. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Orang Asing yang Berjasa dalam Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945"
Posting Komentar