Cerita Menarik Terciptanya Barcode
Anda yang sering berbelanja ke supermarket tentu sering melihat simbol bergaris hitam yang ditempel dalam barang yang Anda beli, yang kemudian discan untuk membayar harganya. Mungkin hal ini terlihat biasa, namun tahukah Anda bahwa terdapat proses dan cerita menarik terciptanya barcode yang digunakan sampai sekarang.
Ilustrasi (Gambar: saturadar.com) |
Barcode sendiri adalah suatu tanda berupa garis-garis hitam pada kemasan yang menyimpan identitas suatu barang, dengan cara ditembak sinar merah tipis, yang membuat harga suatu barang bisa langsung tertera di monitor kasir, sedangkan alat pembacanya disebut dengan pemindai (barcode scanner).
Asal Usul Terciptanya Barcode dan Barcode Scan
Penasaran bagaimana hingga bisa tercipta barcode? Ada cerita menarik di balik terciptanya barcode. Sebelum ditemukan barcode, pemilik toko dipusingkan dengan urusan catat mencatat barang dagangan di toko mereka satu per satu.
Saat itu, model kartu berlubang (punch card) yang dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1890 diharapkan bisa membantu segala kerepotan yang ada di toko. Caranya adalah pengunjung akan melubangi sebuah kartu sebagai penanda barang yang dipilihnya, kemudian saat mereka keluar, kartu tersebut dimasukkan ke dalam sebuah alat pembaca.
Baca juga: Asal Usul Setrika.
Namun yang menjadi masalah, bila belanjaannya banyak, maka pembeli akan kerepotan untuk melubangi kartu tersebut. Selain itu, alat pembacanya pun mahal sehingga banyak toko yang masih berpikir panjang untuk menggunakannya.
Dengan berjalnnya waktu, ada secercah harapan, saat teknologi muncul pada tahun 1948, yang diilhami dari percakapam presiden direktur perusahaan jaringan makanan dengan dekan Institut Teknologi Drexel. Presiden direktur meminta sang dekan untuk membuat sebuah alat yang bisa membaca informasi produk secara otomatis, saat pembeli keluar dari toko. Namun dekan tersebut menolaknya.
Tanpa disadarinya, pembicaraan kedua orang tersebut didengar seorang mahasiswa pasacasarjan, yang bernama Benhard Silver. Silver kemudian menceritakan hal tersebut pada sahabatnya, Norman Joseph Woodland, yang merupakan dosen di Drexel.
Akhirnya ide tersebut diwujudkan, dengan menggunakan pola dari tinta yang akan berpendar di bawah sinar ultraviolet. Namun masalah pun muncul, kestabilan tinta susah dijaga dan harga cetak juga lumayan tinggi, karena menggunakan tinta khusus.
Setalah berbukan-bulan jatuh bangun, Woodland akhirnya sampai dengan kode-kode batang kurus (linear barcode). Dan pada 20 Oktober 1949, Woodland dan Silver mematenkan penemuan tersebut.
Secara garis besar, simbol-simbol batang ini tersusun atas empat buah garis putih dengan latar belakang garis hitam:
- Garis pertama adalah garis penanda.
- Posisi ketiga garis lainnya berjarak tertentu dengan patokan garis pertama.
Jika jumlah garis ditambah maka akan lebih banyak lagi klasifikasi yang bisa dikodekan. Dengan sepuluh garis akan didapat 1.023 klasifikasi yang bisa dikodekan.
Bagaimana dengan angka dibawahnya. Angka tersebut sebenarnya telah ditunjukkan dalam bentuk garis-garisyang dibaca pemindai. Namun, jika pemindai gagal membaca, maka kasir akan mengetik angka-angka tersebut.
Temuan Woodland-Silver diakui pada tanggal 7 Oktober 1952. Sistem pembacaan barcode pertama kali dipasang pada sebuah toko bernama Kroger di Cincinati.
Barcode dipasang berupa stiker, bukan tercetak langsung pada kemasannya. Setelah 3 tahun komersialisasi barcode, baru disadari bahwa faktor yang memperlambat penyebaraanya adalah tidak adanya standar yang dipakai perusahaan.
Pada tahun 1969, Asosiasi Nasional Jaringan Makanan Amerika Serikat berinisiatif membuat sistem barcode yang secara serempak dipakai untuk industri. Dan tentu saja hasilnya adalah UPC (Uniform Product Code), Simbol kode barcode yang dipakai sampai saat ini, yang membuat belanja menjadi lebih mudah.
Itu dia sedikit informasi tentang “cerita menarik terciptanya barcode”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Cerita Menarik Terciptanya Barcode"
Posting Komentar