Glaukoma

Masih ingat beberapa tahun lalu, tiba-tiba penglihatan ibu yang semula normal tiba-tiba mendadak berair dan susah untuk melihat. Tidak tahu apa sebabnya, akhirnya kami seperti biasa menganggap mata ibu hanya terkena debu sehingga hanya memberikan obat tetes mata. Curiga dengan apa yang terjadi, akhirnya kami membawa ibu ke dokter spesialias mata, dan betapa terkejutnya ibu divonis menderita glaukoma.

glaukoma
Ilustrasi (Gambar: genevaeye.com)

Kaget, tentu hal tersebut yang ada di benak kami, apalagi penyakit tersebut baru pertama kali diderita oleh salah satu anggota keluarga kami. Penasaran dengan apa itu glauikoma, kami pun mencarinya di berbagai media, salah satunya adalah catatan dari I Gede Agung Yudana, yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 355.

Glaukoma Mata adalah Perusak Penglihatan

Glukoma, menjadi salah satu penyakit yang katanya sih diam-diam menghanyutkan, apalagi bila kita tidak peduli dengan hal yang menjadi faktor penyebabnya, tentu pelan tapi pasti akan merusak penglihatan kita, baik secara bertahap atau secara mendadak.

Bila Anda juga seorang pengguna obat steroid untuk jangka panjang, apalagi secara tidak terkontrol, maka segera kunjungi dokter mata. Hal ini disebabkan karena obat steroid merupakan salah satu faktor risiko terjadinya glaukoma, yaitu hilangnya penglihatan yang diakibatkan oleh rusaknya saraf optik mata oleh tingginya tekanan intraokuler (bola mata).

Yang harus diingat adalah penggunaan steroid dalam waktu lama bisa meningkatkan tekanan bola mata.

Obat golongan steroid bisa berupa obat tetes mata yang biasanya digunakan untuk mengatasi mata merah, bisa pula obat oral untuk meredam radang sendi, asma atau lupus.

Penggunaan obat steroid tanpa pengawasan dokter dalam jangka panjang berpotensi membawa seseorang ke arah terjadinya glaukoma.

Baca juga: Tips Mewaspadai Gangguan Mata di Usia Tua.

Selain penggunaan obat steroid, masih banyak faktor risiko terjadinya glaukoma, antara lain usia di atas 40 tahun, memiliki riwayat penderita glaukoma pada keluarga, pernah terjadi benturan pada bola mata, menderita miopia (kacamata minus) atau hipermetropia, memiliki tekanan bola mata tinggi dan menderita diabetes, hipertensi atau migrain.

Hati-hati Glaukoma Sering Timbul Tanpa Adanya Gejala

Drai berbagai referensi, dalam dunia kesehatan mata, glaukoma menjadi musuh mata nomor dua setelah katarak. Yang lebih mengerikan, kebutaan karena glaukoma tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, yang bisa dilakukan adalah dengan mencegahnya. Bila ternyata sudah diderita tetapi masih dalam fase awal , kondisinya bisa dijaga agar tidak memburuk.

Glaukoma terjadi disebabkan saraf optik mengalami kerusakan akibat tekanan dalam bola mata yang tidak dapat ditolerir. Padahal saraf optik memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu mentransmisikan pesan visual dari mata ke otak. Bila saraf optik tersebut rusak, maka hilang daya penglihatan mata.

Berdasarkan penyebabnya glaukoma terbagi atas 3 jenis, yaitu:

  • Glaukoma primer.

Glaukoma primer terbagi atas glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik), glaukoma primer sudut tertutup (glaukoma akut).

  • Glaukoma sekunder.

Glaukoma sekunder terjadi akibat penyakit atau kelainan mata yang lain termasuk operasi.

  • Glaukoma kongenitalis.

Glaukoma kongenitalis terjadi pada bayi dan anak-anak. Glaukoma ini disebut juga dengan glaukoma infantil, yang disebabkan kelainan pembentukan sudut iridokornea. Gejala dan tandanya bisa terlihat pada saat lahir atau pada tahun awal kehidupan.

Apa itu Glaukoma Sudut Terbuka?

Glaukoma primer sudut terbuka, disebut juga dengan glaukoma kronik apabila proses terjadinya berlangsung secara perlahan dalam jangka panjang.

Glaukoma kronis sering disebut sebagai “Si Pencuri Penglihatan”, karena tidak ada gejala yang dapat dirasakan oleh penderita pda fase awal. Sering kali glaukoma terjadi tanpa gejala sampai fase akhir. Pada glaukoma kronik, tekanan besar yang membuat saraf optik rusak berawal dari lambatnya aliran cairan mata (aqueous humour), semacam arus lalu lintas yang padat merayap.

Cairan mata tersebut dihasilkan oleh badan silier, yang berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk lensa dan kornea, yang berfungsi mengangkut sisa metabolisme pada lensa dan kornea. Selain itu, juga mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata.

Dalam kondisi normal, cairan mata mengalir ke bilik belakang dan melewati pupil masuk ke bilik depan. Setelah sampai ke bilik mata depan aqueous humour akan meninggalkan bola mata melalui saluran trabekulum yang terletak di sudut iridokornea.

Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/pembuangan cairan mata ini yang menentukan jumlah cairan mata di dalam bola mata.

Bila saluran pengeluran cairan mata lebih sedikit dibandingkan dengan pemasukan, aliran cairan mata melambat, tekanan bola mata meningkat, dan saraf optik kekurangan pasokan darah. Akibatnya, sel-sel saraf optik akan rusak dan mati. Kerusakan tersebut awalnya ditandai dengan timbulnya bintik buta pada lapang pandang dari bagian tepi. Lambat laun, bintik buta menyebar sampai ke bagian tengah, maka glaukoma pun terjadi.

Penderita glaukoma kronis umumnya merasakan gejala berupa penyempitan lapang pandang tepi, sakit kepala ringan, dan gangguan penglihatan lain seperti melihat pelangi di sekitar sumber cahaya (lampu/lilin) dan sulit beradaptasi di dalam kegelapan.

Bila dibiarkan, lapang pandang mata semakin menyempit dan akan terjadi penglihatan terowongan, yaitu sulit melihat benda di sisi lain saat melihat lurus ke depan. Bila berlanjut, cepat atau lambat glaukoma akan menutup seluruh penglihatan.

Glaukoma Sudut Tertutup

Sedangkan glaukoma sudut tertutup atau glaukoma akut terjadi secara mendadak, yang kesemuanya itu ditandai oleh peningkatan tekanan bola mata yang berpotensi merusak saraf optik.

Berbeda dengan glaukoma kronis, glaukoma akut terjadi mendadak. Biasanya glaukoma akut terjadi saat pupil melebar. Saat itu, iris dapat bergeser ke depan dan tiba-tiba menutup saluran aqueous humour yang berakibat pada peningkatan tekanan mata secara mendadak.

Baca juga: Tips Mencegah Stroke Mata.

Saat penglihatan mata berkurang secara mendadak, penderita melihat pelangi di sekeliling cahaya, serta merasakan nyeri mata dan kepala. Serangan lanjutan terjadi beberapa jam kemudian yang menyebabkan tidak dapat melihat, mata nyeri berdenyut, kelopak mata membengkak, mata berair dan merah, pupil melebar dan tidak dapat mengecil kembali, serta mual dan muntah.

Penanganan Glaukoma

Gejala awal glaukoma memang tidak dapat dikenali. Namun melalui pemeriksaan komprehensif gejala awal glaukoma bisa dideteksi.

Menurut Dr. dr Ikke Sumantri, Kepala Glaucoma Center, Jakarta Eye Center, “Pemeriksaan terhadap kemungkinan glaukoma ini meliputi pemeriksaan tekanan bola mata, sudut bola mata dan saraf mata.”

Adapun prinsip-prinsp penanganan glaukoma, antara lain:

  • Makin tinggi tekanan bola mata, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
  • Terdapat beberapa faktor lain selain tekanan intraokuler yang mempengaruhi kerusakan saraf optik, tetapi faktor tersebut belum diketahui dengan jelas.
  • Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut tetapi belum diketahui pada tekanan berapa kerusakan berhenti, jadi perlu tindak lanjut terus menerus.
  • Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan tekanan bola mata pasti mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya.
  • Keberhasilan penangan glaukoma adalah penurunan tekanan intraokuler secukupnya sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.

Saat glaukoma ditemukan, terdapat tiga tahap tindakan yang dilakukan, yaitu meliputi:

  1. Tahap pertama menggunakan obat-obatan untuk menurunkan produksi cairan mata (timohol maleta, atau inhibitor karbonik anhidrase) atau menambah pembuangan cairan mata (obat pilokarpin, analog prostaglandin).
  2. Bila tindakan tersebut di atas tidak berhasil, maka dokter akan melakukan penyinaran menggunakan sinar laser (trabekulopasti). Tindakan penyinaran ini untuk menambah pembuangan aqueous humour.
  3. Bila tindakan kedua masih belum berhasil, maka akan dilakukan operasi, dengan tujuan untuk memperbaiki saluran cairan mata agar alirannya lancar kembali. Setelah aliran cairan mata lancar kembali maka tekanan iontraokuler akan pulih. Penurunan tekanan bola mata dapat dilakukan melalui tindakan merusak badan silier melalui siklokrioterapi atau siklofotokoagulasi.

Itu dia sedikit informasi tentang glaukoma. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda dalam memahami dan menangani glaukoma.

Belum ada Komentar untuk "Glaukoma"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel