Terapi Ozon Untuk Penderita Diabetes Lansia

Diabetes, penyakit ini sering kita temui dalam kehidupan masyarakat dengan berbagai keluhan, khususnya pada mereka yang lansia (lanjut usia), yang tentu saja memberikan dampak hidup bagi penderitanya. Kali ini tema terapi ozon untuk penderita diabetes lansia menjadi menarik untuk dibahas.

terapi-ozon-untuk-penderita-diabetes-lansia
Ilustrasi (Gambar: draydinarslan.com)

Terapi ozon untuk diabetes melitus memang jarang didengar, atau mungkin hanya sebagian saja yang mendengarnya, meskipun informasi terapi ini sudah lama telah dilakukan. Sebenarnya banyak sekali referensi yang membahas tentang pola terapi ini untuk penderita diabetes khususnya pada lansia, salah satunya yang pernah disampaikan oleh dr Mulyadi Tedjapranata, yang catatannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 538.

Diabates Lansia, Mengapa Bisa Terjadi?

Apa yang menjadi penyebab diabetes melitus (DM) pada mereka yang usia berlanjut atau sering disebut dengan lansia ini? Hal ini disebabkan karena tubuh kekurangan hormon insulin sehingga tidak bisa mengolah gula (glukosa) dari makanan. Gula yang tidak terpakai ini akhirnya menumpuk dalam darah dan air kencing, sehingga sering disebut dengan kencing manis.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadianya diabetes melitus pada lansia, antara lain:

  • Perubahan gaya hidup.
  • Pola makan yang tidak sehat.
  • Adanya penyakit-penyakit penyerta.
  • Berkurangnya sekresi insulin.

Usia lanjut juga menyebabkan peningkatan intoleransi glukosa. Oleh karena itu, obat pengendali gula darah yang sebelumnya efektif  bisa menjadi tidak manjur pada lansia. 

Baca juga: Diabetes Melitus, Nama yang Manis namun Mematikan.

Terdapat 4 (empat) pilar utama penanganan diabetes melitus, antara lain:

1. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan tidak hanya pada penderita DM, tapi juga untuk keluarga, pendamping atau orang yang merawat penderita sehari-hari.

Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya perlu dilakukan oleh dokter namun juga oleh perawat, ahli gizi dan semua pihak yang terkait.

2. Perencanaan Makan.

Perencanaan makan pada lansia bukan untuk mencapai berat badan yang ideal. Pemberian serat harus cukup, sekitar 23 sampai 25 gram per hari. Vitamin dan mineral juga harus mencukupi.

Makanan tersebut terbagi dalam 3 porsi: makan besar pada pagi hari sekitar 20%, siang hari 30%, dan sore hari 25%, ditambah makan ringan dengan total 10 sampai 15%.

Komposisi makanan seimbang yang dianjurkan, yaitu karbohidrat 60% sampai 70%, protein 10% sampai 15% dan lemak 20% sampai 25%.

3. Latihan jasmani.

Pada lansia, latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki mekanisme pengaturan kadar gula darah, mengurangi kebutuhan obat, memperbaiki kesegaran jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi obesitas.

4. Pemakaian obat hipoglikemik oral (OHO) untuk mengendalikan gula darah.

Saat ini telah dikenal dan terdapat beberapa jenis OHO, yaitu golongan sulfoniluria (misalnya Daonil, Amaryl), golongan biguanid (misalnya Glucophage), golongan inhibitor alfaglukosida (misalnya Glucobay), golongan tiazolidin, dan golongan analog meglitinid (misalnya Novo-Norm).

Terapi Ozon adalah Terapi Komplementer untuk Lansia Penderita Diabetes

Selain 4 pilar dalam tata laksana DM, terdapat pilihan terapi yang disebut dengan terapi ozon (ozone bio-oxidative), yang merupakan terapi komplementer dari berbagai paket yang disebut di atas tadi. Kedudukan terapi ozon ini bersifat melengkapi, bukan untuk menggantikan.

Ozon dalam pengertian kimia merupakan gas O3. Dalam terapi kesehatan, yang dipakai untuk terapi ozon adalah campuran gak oksigen (O2) dan ozon (O3). Perbandingannya, yaitu 0,05 - 5% ozon dan 99,95-95% oksigen.

Adapun metode terapi ozon ini, gas disusupkan ke dalam darah dengan cara dan dosis yang tepat, kemudian di dalam darah, ozon akan melepaskan energoi foton yang berguna untuk kesehatan manusia.

Terapi ozone bio-oxidative ini terbukti efektif untuk pengobatan diabetes karena bisa meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel dengan cara merangsang proses enzimatis pentose phosphate cycle dan aerobic glycolysis.

Masuknya glukosa ke dalam sel-sel tubuh akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun. Di samping itu, kedua proses enzimatis tersebut di atas juga memicu produksi glutation yang berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan lemak. Juga bisa menghambat proses pembentukan gluosa dari protein dan pemecahan glikogen. Mekanisme ini menyebabkan kadar gluosa darah menjadi menurun.

Ozon juga bekerja dalam sel darah merah dengan merangsang enzim 2,3 diphosphoglycerate. Proses ini menyebabkan jumlah oksigen yang dilepas ke dalam jaringan tubuh meningkat.

Terapi ozon juga bisa meningkatkan kemampuan transportasi oksigen dari hemoglobin darah serta meningkatkan ketahanan dan kelenturan sel darah merah. Terapi ini juga bisa menghilangkan plak penyebab penyempitan pembuluh darah. Oleh karena itu, terapi ozon juga berguna untuk penderita hiperlipidemia (tinggi lemak) dan hiperkolesterolemia (tinggi kolesterol).

Ozon juga bisa menonaktifkan bakteri, virus, jamur dan protozoa dengan cara merusak selaput pelindung kuman, sehingga kuman mudah dihancurkan oleh sel imun tubuh.

Terdapat 2 metode terapi ozon, antara lain:

1. Polyatomic Apheresis (PA atau Re-Circulatory Autohemo Perfusion).

Velio Bocci dan Di Paolo, dua ahli terapi ozozn, menggunakan isitilah Extracorporeal Blood Circulation Against O2-O3 untuk metode ini. Caranya, darah dari pembuluh darah balik di lengan pasien diambil kemudian dialirkan ke dalam tabung dialyser yang khusus diberi medical ozone sesuai kebutuhan.

Darah yang telah bercampur ozon ini kemudian dikembalikan lagi ke dalam pembuluh balik di lengan lainnya. Dengan kecepatan aliran 90 cc permenit, dalam waktu satu jam dapat diterapi sejumlah 5.400 cc darah.

Darah yang sudah dibioksidasi, warnanya menjadi lebih merah cerah. Hal ini disebabkan karena kandungan oksigennya lebih banyak dari sebelumnya. Juga karena kandungan radikal bebas dan berbagai sampah metabolik lainnya telah dinetralkan.

2. Major Autohemoterapy (AHT).

Pada metode ini hanya sekitar 150 cc darah yang diambil dari pembuluh balik. Kemudian darah tersebut segera diberi ozon dengan konsentrasi 27 - 40 mcg/ml. Setelah warnanya merah cerah, darah segera dimasukkan kembali ke dalam pembuluh balik.

Di dalam tubuh, ozon tersebut mampu menurunkan gula darah serta memperbaiki sirkulasi darah dan suplai oksigen.

Komplikasi Penyakit Lain Pada DM Lansia

Apabila dibandingkan dengan pendeirt DM pada usia muda. DM pada lansia ternyata bisa meningkatkan komplikasi pada penyakit lain.

Kematian pada diabetes lansia lebih sering diakibatkan karena koma hipoglikemia, koma diabetic ketoasidosis dan hiperosmoler (kesadaran menurun akibat kekurangan atau kelebihan gula), bisa juga disebabkan stroke atau serangan jantung.

Baca juga: Tips Mengontrol Kadar Glukosa Darah.

Meningkatnya poliuria (sering kencing di malam hari) pada lansia bisa menimbulkan gangguan tidur dan dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Juga bisa meningkatkan risiko sering jatuh karena lansia biasanya punya masalah dengan penglihatan. Oleh karena itu, jika tidak ditangani dengan baik, DM berpotensi meningkatkan angka kesakitan dan kematian.

Oleh karena itulah, DM pada kelompok lansia ini harus segera ditangani secara menyeluruh melalui penyuluhan, perencanaan makan yang baik, latihan fisik dan minum obat secara teratur. Ditambah lagi terapi ozozne bio-oxidative.

Itu dia sedikit informasi tentang terapi ozon untuk penderita diabetes lansia. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Terapi Ozon Untuk Penderita Diabetes Lansia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel