Sup Akasia Suku Masai, Sup Anti Kolesterol

Menjaga kesehatan sudah menjadi kewajiban setiap orang, apalagi sejak merebak dan meredanya wabah Covid-19 beberapa tahun lalu, yang membuat masyarakat semakin sadar akan arti pentingnya kesehatan. Namun di balik hal tersebut, masih banyak pekerjaan rumah untuk menjaga kesehatan, diantaranya adalah obesitas dan kolesterol. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, namun di balik penyebab penyakit tersebut ada cerita suatu suku dengan masakannya yang bisa terbebas dari kolesterol dengan sup akasia Suku Masai, sup anti kolesterol.

sup-akasia-suku-masai-sup-anti-kolesterol
Ilustrasi (Gambar: wildwood.com.au)

Sangat menarik membahas sajian kuliner dan menyehatkan, apalagi bila sajian kuliner tersebut bebas kolesterol. Pembahasan menarik tentng sajian kuliner Suku Masai juga pernah disampaikan dr. Robert D.M. Simanungkalit yang catatannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 498.

Membahas Sup Akasia Khas Suku Masai

Saat ini semua mengakui dan menyadari bahwa obesitas dan kolesterol merupakan musuh terbesar di era modern saat ini.

Namun ada yang menarik, di saat semua orang menjauhi daging dan lemak hewani karena kekhawatiran terkena kolesterol. Berbeda dengan suku Masai di Afrika Timur yang tetap santai bisa menikmati lemak hewani setiap hari. Dan yang mengagetkan mereka tidak terkena kolesterol.

Satu hal yang menjadi catatan dalam pembahasan Suku Masai adalah lelaki suku Masai pada zaman kolonial dulu sering digambarkan sebagai prajurit perang bersenjatakan lembing dan berpakaian warna merah. Dengan postur tubuh jangkung dan ramping. Saat ini, lembing di tangan para pria perkasa tersebut telah berganti menjadi tongkat gembala.

Baca juga: Khasiat Cokelat Hitam.

Meskipun pakaian mereka tetap merah, pekerjaan sebagai prajurit sudah lama ditinggalkan. Mereka kembali pada pekerjaan lama, yaitu menggembala ternak.

Para lelaki tersebut berbaur dengan perempuan Masai yang gemar berpakaian warna warni mencolok, dengan anting dan kalung besar.

Orang Masai kini lebih dikenal sebagai komunitas penggembala, yang hidup berpindah-pindah sepanjang tahun, di Kenya dan Tanzania.

Sekitar satu juta jiwa orang Masai yakin, ternak merupakan harta yang khusus dipercayakan Tuhan kepada mereka.

Karena sangat cinta dengan peternakan, mereka mengonsumsi secara rutin lemak hewan, hampir dua kali lipat dari jumlah yang dianjurkan bagi masyarakat modern.

Sebagai penggembala berbagai hewan, seperti kambing, sapi, unta, makanan pokok mereka memang bukan nasi atau jagung, melainkan susu dan daging. Maka tidak mengherankan bila sumber kalori orang Masai sebagian besar lemak hewan.

Pakar gizi Barat menganjurkan jumlah kalori harian yang berasal dari lemak hewan paling tinggi adalah 30%. Dengan kebiasaannya selama ini, orang Masai secara tradisional ternyata mengonsumsi sebanyak 66% kalori dalam sehari, berbentuk lemak jenuh.

Berdasarkan teori, orang Masai mestinya sudah lama kelebihan kolesterol. Namun kenyataannya, mereka justru lebih sehat dari masyarakat modern yang rajin melakukan aerobik dan diet ketat.

Kandungan kolesterol dalam tubuh orang Masai anehnya tetap berada pada titik normal sampai rendah. Pria dan wanita pun nyaris tidak bermasalah dengan kegemukan dan penyakit jantung.

Anomali Suku Masai Penikmat Lemak Hewan Tapi Aman dari Kolesterol

Anomali yang terjadi pada Suku Masai tersebut pada akhirnya menarik perhatian pakar gizi, yaitu Dr. Timothy Johns dari Universitas McGill Montreal, Kanada.

Setelah melakukan penelitian yang mendalam, Dr. Timothy akhirnya menemukan bahwa salah satu faktor yang menjelaskan fenomena tersebut terdapat pada sup akasia.

Selain mengonsumsi daging hewan, menurut catatan Timothy, orang Masai ternyata juga rajin memakan tanaman tradisional yang mengandung antioksidan.

Abtioksidan ini yang menetralkan daya rusak lemak tinggi. Bahkan Timothy mengidentifikasi terdapat lebih dari 25 produk tanaman yang menjadi bagian dari santapan sehari-hari orang Masai.

Sebagian besar makanan tersebut kaya akan antioksidan, seperti lateks yang berasal dari berbagai spesies pohon ara dan semak-semak pohon yang menghasilkan gum atau resin.

Salah satu dari spesies pohon yang populer digunakan oleh orang Masai adalah Acacia nilotica. Pohon yang dapat tumbuh cepat dan masuk golongan kacang-kacangan sering dimanfaatkan kulit batangnya untuk membumbui sup dan susu.

Kulit batang ini yang diduga mengandung antioksidan yang ampuh, lebih hebat dari antioksidan modern (vitamin C dan vitamin E).

Akasia memang tanaman serbaguna, selain sebagai kayu bakar, daun dan polong mudanya berguna sebagai pakan ternak dan tanaamn obat. Ekstrak kulit batang dan akarnya pun dipakai untuk membangkitkan keberanian dan afrodisiak, sedangkan akarnya ampuh untuk mengobati impotensi.

Diluar masyarakat Suku Masai, khususnya di Afrika Barat, kulit, gum, daun dan polong akasia digunakan untuk keperluan medis.

Di Senegal, orang mengunyah polong muda akasia untuk mengobati kudis. Mucilago acaciae juga sering disebut dalam farmakopi Inggris Raya dan farmakopi Amerika Serikat sebagai ramuan obat. Sedangkan dalam farmakopi Prancis, sirup akasia konon bisa mengobati radang saluran pernapasan, saluran pencernaan dan saluran kemih, diare dan disentri.

Gum akasia juga memiliki gizi yang tinggi. Berdasarkan cerita, selama musim panas, orang Moor yang sedang tinggal di padang pasir Afrika sangat bergantung pada gum ini. Meskipun manfaatnya sangat besar, penelitian lebih lanjut tampaknya masih diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya zat-zat mematikan, karena beberapa jenis akasia diketahui mengandung racun.

Itu dia sedikit informasi tentang “sup akasia Suku Masai, sup anti kolesterol”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Sup Akasia Suku Masai, Sup Anti Kolesterol"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel