Awas Bahaya Melamin Murah

Anda pasti sudah sering mendengar tentang melamin, dan tentu saja bentuk yang paling sering dilihat adalah dalam bentuk perlengkapan makan. Kalau dulu perlengkapan makan yang sering digunakan adalah dari bahan keramik atau kaca, namun dengan berkembangnya waktu, bahan melamin mulai banyak digunakan. Terlepas dari mulai banyaknya penggunaan melamin tersebut, ada hal yang harus diperhatikan, yang membuat pembahasan kali ini menarik untuk disampaikan dengan judul “Awas Bahaya Melamin Murah”.

awas-bahaya-melamin-murah
Ilustrasi (Gambar: Unsplash)

Sebenarnya sudah banyak pembahasan yang membahas tentang peringatan bagi masyarakat yang masih menggunakan perlengkapan makan dari bahan melamin murah ini. Salah satunya yang pernah disampaikan oleh Christantiowati, yang juga pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 508.

Piring Melamin Murah, Apa Bahayanya?

Perlengkapan makan dari bahan melamin ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Tentu saja langsung memikat para konsumen yang kebanyakan kaum ibu-ibu, hal ini dikarenakan karena ringan, tidak mudah pecah.

Namun yang harus diwaspadai menurut YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indoensia) adalah ada perlengkapan makan dari melamin dengan harga murah, yang ternyata setelah diteliti dibuat dari bahan yang membahayakan kesehatan.

Tentu saja banyak para ibu-ibu yang tergiur dengan perlengkapan berbahan melamin ini, apalagi dengan harganya yang murah.

Baca juga: Hair Spray dan Manfaatnya.

Namun dari berbagai referensi, khususnya uji produk melamin yang dilakukan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) yang bekerja sama dengan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Indonesia terhadap 10 jenis merek (empat lokal, enam impor) menunjukkan, tak semuanya memenuhi food grade. Artinya, ada diantara produk-produk tersebut yang mengandung zat berbahaya atau beracun dan bisa berpindah ke makanan akibat proses pengolahan mkanan. Misalnya, dipakai untuk menyimpan sayur panas.

Menjadi Pencetus Kanker

Zat berbahaya tersebut adalah formaldehid. Dalam kadar tinggi bahan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan.

Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan di Amerika Serikat menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm.

Penelitian laboratorium selama 2 tahun oleh Chemical Industry Institute of Toxicology yang dimulai tahun 1979 menunjukkan, kontak dengan formaldehid menyebabkan kanker hidung pada tikus. Penelitian tersebut juga didukung oleh 36 perusahaan kimia di Amerika Serikat. Bahkan pada tahun 1987 Environmental Protection Agency (EPA), Amerika Serikat menggolongkan formaldehid sebagai zat yang mungkin bisa memicu kanker.

Bahkan beberapa penelitian juga membuktikan, pekerja yang terpapar formaldehid juga berisiko terserang kanker lebih besar beberapa kali.

Uap formaldehid bisa memicu radang pada mata (perih), hidung, saluran pernapasan atas, batuk, bronitis, pneumonia dan asma.

Kulit yang terpapar formaldehid akan perih dan kemerahan seperti terbakar. Air yang terkontaminasi formaldehid terhirup atau tertelan akan menyebabkan sakit mendalam, luka bernanah dan juga pembusukan pada selaput lendir tubuh (misalnya pada pipi bagian dalam dan bibir). Gejala keracunan dapat ditandai dengan muntah-muntah, pusing dan hilang kesadaran. Bahkan kematian bisa terjadi bila formaldehid terminum sampai 30 mg/l.

Munculnya Formaldehid

Kemunculan formaldehid  ini tercipta sekitar tahun 1907 yang ditemukan seorang ahli kimia Belgia, Leo Hendrik Baekeland, yang menemukan plastik buatan (sintetis) pertama yang disebut bakelite.

Ha ini menjadi cikal bakal melamin yang awalnya digunakan sebagai bahan dasar pesawat telepon generasi pertama. Kemudian senyawa tersebut dikembangkan dan diterapkan untuk industri pelengkapan rumah tangga, termasuk untuk perangkat makan.

Pada tahun 1930 sampai 1940-an, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, seperti Cyanamid, Ciba dan Henkel mengembangkan senyawa ini untuk industri tekstil sebagai bahan pengisi dan perekat, yang memiliki keunggulan, berupa kejernihan, stabil terhadap panas, cahaya, bahan kimia, goresan dan juga api.

Faktor ini yang membuat melamin formaldehid makin luas digunakan pada tahun-tahun awal pasca –Perang Dunia II, yang antara lain digunakan pada industri kayu lapis untuk memperkuat dan mempercantik produk-produknya.

Menurut Bambang Ariwahjoedi, seorang pengajar pada FMIPA ITB, melamin merupakan persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan monomer fenol. Bila kedua senyawa tersebut bergabung, sifat racum formaldehid akan hilang karena terlebur menjadi satu  senyawa, yaitu melamin.

Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas.

Meskipun tahan di rentang suhu 120 derajat Celsius sampai 30 derajat Celsius di bawah nol, tapi karena menyerap panas, melamin tidak tahan di papar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh karena itulah melamin tidak bisa digunakan dalam microwave.

Untuk itu,meskipun sekilas sama, secara fisik kita bisa membedakan melamin asli dan palsu. Melamin asli lebih tebal dan berat bila dibandingkan dengan melamin palsu yang lebih terkesan sebagai plastik. Bila sesamaemelamin asli dibenturkan, bunyi yang terdengar akan lebih tebal dibandingkan dengan pembenturan antar melamin palsu.

Permukaan melamin asli lebih licin dan berkilau, sedangkan yang palsu mudah ternoda oleh pangan berwarna (misalnya teh atau kopi) hingga warnanya lebih gelap. Meskipun lama kelamaan akan kusam juga, melamin asli lebih stabil daripada yang palsu.

Agar perlengkapan melamin awet, cucilah segera setelah dipakai, tidak masalah apakah menggunakan pembersih sabun cair atau sabun colek. Yang penting jangan digosok kasar. Gunakan spons halus dan hindari penggunaan sabut kelapa, abu gosok, apalagi bahan penggosok dari logam yang banyak ditawarkan dipasaran.

Kapan sebaiknya peralatan makanan dari melamin ini mulai tidak digunakan atau diafkir? Perhatikan permukaannya. Bila mulai banyak ternoda, berubah warna karena pengaruh atau minuman makanan seperti teh, kopi, makanan asam yang lebih mudah terserap, juga bila mulai kusam dan tergores-gores, sebaiknya sudah dihentikan untuk digunakan. Selain mempertimbangkan keamanan bagi kesehatan, tentu juga tidak indah dilihat.

Itu dia sedikit informasi tentang judul “Awas Bahaya Melamin Murah”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Awas Bahaya Melamin Murah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel