Lutung Jawa
Tentu Anda pernah mendengar hewan yang satu ini, entah saat membaca sebuah cerita atau mendengarkan kisahnya di sinetron-sinetron. Nama hewan di Jawa ini, yaitu lutung Jawa, sering juga disebut dengan nama budheng, kabarnya sudah mulai punah, hal ini disebabkan karena nasibnya yang semakin memprihatinkan, karena diburu, diperjualbelikan, atau dipelihara sebagai binatang rumahan yang kesepian.
Ilustrasi (Gambar: balisafarimarinepark.com) |
Sebenarnya sudah banyak sekali informasi dan referensi yang membahas tentang keberadaan lutung Jawa ini yang keberadaannya semakin mengenaskan. Salah satu catatan yang membahas tentang keberadaan lutung Jawa ini juga pernah disampaikan M. Sholekhudin yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 524.
Lutung Jawa Habitat dan Jenisnya
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat puluhan jenis lutung. Dari sekian banyak jenis tersebut, beberapa diantaranya merupakan binatang khas Indoensia. Salah satu diantaranya adalah lutung jawa Trachyphitecus auratus.
Disebut lutung Jawa karena berbeda dengan lutung-lutung di pulau lainnya. Di Sumatera dan Kalimatan, misalnya rambut lutung berwaran keperakan.
Di Pulau Jawa, lutung memiliki dua subspesies. Yang hidup di hutan-hutan Jawa bagian barat disebut dengan Trachyphitecus auratus mauritus. Lutung ini bisa dijumpai di Ujung Kulon, Gunung Halimun dan Gunung Gede - Pangrango. Sedangkan yang hidup di hutan-hutan Jawa bagian timur, seperti di Gunung Dieng, Merbabu dan Semeru disebut Trachyphitecus auratus auratus. Kedua jenis lutung ini sama-sama disebut dengan lutung jawa. Orang Inggris menyebutnya dengan javan langur.
Baca juga: Axolotl, Si Anjing Air yang Menggemaskan.
Salah satu ciri khas lutung jawa adalah rambut kepalanya yang jabrik mengarah ke depan. Ciri khas ini yang membedakan antara lutung dari jenis monyet lainnya seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
Saat bayi, semua lutung berwarna merah bata. Bila lutung Sunda, warna merah ini pelan-pelan berubah menjadi hitam saat dewasa. Tapi jika lutung semeru atau lutung dieng, terdapat dua kemungkinan saat dewasa, yaitu tetap merah bata atau berubah menjadi hitam keabu-abuan.
Pada habitat aslinya, lutung ini hidup berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri atas 5 sampai 25 ekor. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang pejantan kepala suku. Anggota kelompok terdiri atas para betina dan anak-anak.
Kepala suku memiliki dua tugas utama. Pertama, yaitu tugas untuk mengawini para betina. Tugas kedua, yaitu melindungi para anggota kelompok dari serangan musuh.
Ancaman musuh ini bisa berasal dari lutung kelompok lain, bisa juga berasal dari jenis hewan lainnya. Jika ditantang lutung pejantan lain, maka kepala suku tidak bisa menolak tantangan tersebut, dan harus bersedia bertarung satu lawan satu. Bila menang, ia boleh tetap menjadi kepala suku yang disegani dan dicintai para betina. Bila kalah ia harus merelakan penantangnya menjadi pemimpin baru, yang tentu saja secara otomatis, para betina juga harus mau diperistri oleh kepala suku yang baru tersebut.
Lutung Jawa Ciri dan Pola Hidupnya
Seperti kebanyakan monyet lainnya, maka lutung juga tergolong herbivora. Makanan utamanya adalah dedaunan dan sedikit buah-buahan. Oleh karena itulah dalam bahasa Inggris, lutung disebut dengan leaf monkey.
Di hutan, mereka biasanya hidup di pucuk-pucuk pohon tinggi, karena disana mereka mudah mencari makanan. Jika lapar tinggal makan pucuk daun yang masih muda, sehingga tidak perlu bersusah payah berburu mangsa.
Ilustrasi (Gambar: gembiralokazoo.com) |
Mereka bisanaya sarapan pada pagi hari menjelang siang. Setelah sarapan, mereka tidur-tiduran di atas pohon.
Menurut Halim Fatrah, dari Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa (PPS TM) Ragunan, Jakarta, saluran pencernaan lutung beruang-ruang, mirip hewan memah biak
Setelah makan, lutung biasanya bermalas-masalan dulu, untuk memberi kesempatan lambungnya memfermentasi dedaunan yang baru dimakan.
Sambil bermalas-malasan, mereka akan melakukan grooming, saling membersihkan badan bersma anggota kelompok yang lain. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh sesama betina, tapi juga antara lutung betina dan lutung jantan. Secara bergantian, mereka mencari kutu di sela-sela rambut kawannya.
Juga secara bergantian membersihkan bagian-bagian tubuh kawannya yang tidak bisa dijilati sendiri seperti rambut, leher, punggung dan tengkuk.
Panjang badan seekor lutung dewasa sekitar 80 cm. Biasanya ekor ekor lebih panjang daripada badannya. Yang jantan memiliki bobot sekitar 8 sampai 15 kg. Betinanya lebih kecil sekitar 5 sampai 9 kg.
Dengan tubuhnya yang ringan tersebut, lutung bisa dengan lincah berloncatan dari satu ranting ke ranting lainnya tanpa menyebabkan ranting tersebut patah.
Lutung tidak ahli membuat sarang, maka sebagai tempat tinggalnya mereka memanfaatkan percabangan pohon di bagian atas. Jika tidur cukup telungkup di atas cabang tersebut. Mereka tidak takut jatuh karena mereka tidur dengan tenang. Jika sampai turun hujan, mereka akan berteduh di bawah kanopi dedaunan.
Saat berumur enam tahun, lutung sudah siap kawin. Jika sedang birahi, lutung betina punya perilaku unik. Untuk menarik perhatian pejantan kepala suku, ia menggoyang-goyangkan kepala sambil memamerkan pantatnya pada si jantan.
Selama masa hidupnya, seekor lutung betina bisa bunting 5 sampai 6 kali, dengan masa bunting 6 sampai 7 bulan. Di alam bebas rata-rata mereka bisa mencapai umur 20 sampai 25 tahun. Umur harapan hidup ini setengah lebih pendek daripada kerabat kera seperti orang utan yang bisa mencapai 50 tahun.
Sebagai catatan, monyet (monkey) berbeda dengn kera (ape). Monyet punya ekor sedang kera tidak.
Itu dia sedikit informasi tentang lutung Jawa. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Lutung Jawa"
Posting Komentar