Bipolar, Si Gangguan Kejiwaan Penyerang Mood

Beberapa waktu lalu masih ingat di benak kita, seorang artis yang didiagnosa mengidap bipolar, yang menjadikan kehidupan pribadi, termasuk keluarganya menjadi berantakan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana, bipolar, si gangguan kejiwaan penyerang mood ini bisa berpengaruh pada kehidupan pengidapnya.

bipolar-gangguan-kejiwaan-penyerang-mood
Ilustrasi (Gambar: healthcentral.com)

Bagi orang awam tentu penyakit kejiwaan ini tentu sangat menakutkan, apalagi efeknya. Banyak sekali informasi dan referensi tentang bipolar, seperti catatan dari dr. Beatricia Iswari, tentang bipolar yang pernah di muat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 539.

Bipolar adalah Gangguan Jiwa yang Bisa Menjadi Bom Waktu

Bipolar disebut juga dengan “manik-depresif”, yang merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang menyerang alam perasaan atau mood, tidak bisa dianggap remeh, karena bisa menjadi bom waktu dan fatal akibatnya.

Bipolar memang bisa berbahaya, dan terkadang pasien harus dirawat, dengan tujuan untuk mengamankan, agar: tidak bunuh diri, tidak mempermalukan dirinya sendiri dan keluarganya. Namun, yang pasti gangguan kejiwaan ini bisa diobati sampai betul-betul sembuh.

Sebenarnya sedih dan gembira itu perasaan yang wajar, manusiawi dan normal dialami setiap manusia. Namun, ada orang yang sedikit saja fluktuasi atau naik turunnya perasaan, ada yang sedang, dan ada yang sangat fluktuatif.

Seperti layaknya roller coaster, naik turunnya berlangsung secara bergantian dalam tempo yang sangat cepat.

Baca juga: Histrionik dan Ciri-cirinya.

Biasanya si penderita baru merasa terganggu pada saat ia terlalu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, tak berdaya, tak berguna, sampai tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk belajar dan bekerja (mirip gejala depresi). Sedangkan pada saat manik, kegembiraan luar biasa dan sangat energetik bisa berlangsung lama, dan jarang dianggap sebagai keadaan yang mengganggu, meskipun bisa dirasakan mengganggu oleh orang lain disekitarnya (gejala mania).

Ada pun gejala mania bisa berupa:

  • Gembira berlebihan.
  • Optimistis yang ekstrem.
  • Harga diri meningkat.
  • Bicara cepat.
  • Pikiran seperti berlomba-lomba.
  • Perilaku agresif.
  • Perilaku agitatif.
  • Aktivitas fisik meningkat.
  • Perilaku berisiko (nekat).
  • Belanja berlebihan/tidak perlu.
  • Meningkatnya dorongan untuk mencapai tujuan.
  • Meningkatnya dorongan seksual.
  • Kebutuhan tidur menurun (merasa tidak perlu).
  • Pikiran/konsentrasi mudah teralih.
  • Tidak mampu berkonsentrasi.
  • Penyalahgunaan obat.

Sedangkan gejala depresi, bisa berupa:

  • Sedih.
  • Putus asa.
  • Cemas.
  • Merasa bersalah.
  • Gangguan pola tiodur.
  • Gangguan pola dan nafsu makan.
  • Merasa lelah.
  • Hilang minat pada kegiatan sehari-hari atau honbi.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Mudah tersinggung (irritability).
  • Merasa sakit kronis tanpa sebab jelas.
  • Berniat atau bahkan melakukan bunuh diri.

Bipolar Disorder 

Ayunan alam perasaan yang ekstrem pada penderita bipolar ini bisa berlangsung dalam hitungan minggu, bahkan bulan, sehingga mempengaruhi penderitanya, serta mengganggu keluarga dan teman-temannya.

Namun sayang, karena gejalanya bersifat seperti spectrum – gradual dan sering tidak berbatas tegas – bipolar sering didiagnosis secara salah, dianggap depresi biasa, dan akhirnya tidak terobati secara tepat. Penanganan bipolar yang demikian tersebut berbuntut pada meningkatknya angka kejadian bunuh diri.

Gangguan bipolar dapat muncul pertama kali pada pada usia remaja (belasan tahun), usia dua puluhan, atau tiga puluhan. Biasanya terdapat riwayat serupa di keluarga, bisa pada orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat seperti paman, bibi dan sepupu.

Penyebabnya gabungan dari beberapa faktor, yaitu ketidakseimbangan kadar zat kimia (neurotransmitter) tertentu di otak, pengaruh hormon, genetik dan pengaruh lingkungan, termasuk konsep harga diri (self-esteem), kematian atau kehilangan seseorang yang dicintai dan stress berat.

Selain itu, beberapa zat seperti alkohol, konsumsi obat-obatan tertentu, dan penyakit berat atau kronis juga bisa menjadi penyebab gejala bipolar.

Gangguan bipolar dibedakan menjadi:

  • Bipolar I (ditandai dengan episode manik yang kentara dengan/tanpa depresi).
  • Bipolar II (minimal ada satu episode depresi dan satu episode hipomanik). 
  • Siklotimik yang gejalanya lebih ringan, seperti moody.

Terapi Bipolar

Gangguan bipolar membutuhkan terapi jangka panjang, bahkan pada saat pasien sudah dinyatakan sembuh. Pengobatan bipolar ini dibagi menjadi pengobatan fase akut dan fase lanjutan.

Pengobatan yang efektif dan tepat di awal terapi menjadi kunci dalam mengurangi frekuensi dan keparahan episode manik dan depresi, sehingga pasien dapat hidup lebih stabil.

Untuk pengobatan lanjutan (maintenance treatment), yang dilakukan saat gejala mereda, juga penting untuk mencegah kambuh. Orang yang tidak melanjutkan pengobatan kemungkinan besar mengalami kembali gejala atau episode mania dan depresi yang lebih ringan, yang bisa berlanjut menjadi berat kembali.

Pada dasarnya pengobatan gangguan bipolar meliputi pemberian obat-obatan, edukasi pada pasien dan keluarganya, psikoterapi dan terapi kognitif. Kadang-kadang dilakukan pula terapi elektro-konvulsi dan terapi cahaya.

Ada pun obat-obatan penstabil mood dan antikejang umumnya diperlukan pada keadaan akut dan untuk menjaga agar tidak kambuh. Penggunanannya perlu diawasi dokter, mengingat bahan kimia dalam obat tersebut bisa berbahaya bagi organ tubuh lain, seperti hati dan ginjal. Meskipun ada efek sampingnya, keberadaan obat-obat tersebut sangat efektif membantu mengembalikan keseimbangan zat-zat kimia di otak, sehingga mood menjadi lebih stabil.

Obat antidepresi, kadang-kang perlu diberikan pada pasien depresi yang akut, karena ditakutkan pasien bisa bunuh diri. Penggunaan obat antidepresi, menurut anjuran dr. Nurmiati, harus dalam pengawasan dokter dan perlu dikombinasikan dengan obat penyetabil mood. Jika tidak tepat. Dikhawatirkan bisa menimbulkan gejala mania.

Terapi elektro-konvulsi (ECT) terkadang dilakukan pada pasien depresi yang sangat berat dan dengan gangguan psikotik, yang biasanya menolak obat-obatan. Sedangkan terapi cahaya dilakukan terutama di negeri empat musim, yang mengalami kekurangan sinar matahari pada musim dingin.

Ada pun prinsip-prinsip terapi bipolar, antara lain:

  • Pada fase akut (bisa mencapai 2 sampai 6 bulan), antara lain:
    • Diberikan obat-obatan untuk mengembalikan keadaan pasien ke kehidupan yang normal (pola tidur, pola makan, dan waktu beraktivitas).
    • Edukasi kepada pasien dan keluarga, dengan memberikan informasi mengenai penyakit pasien, dan hal-hal yang bisa mendukung kesembuhan.
    • Pada keadaan tertentu, tindakan terapi lain mungkin diperlukan, seperti terapi listrik (ECT) atau terapi cahaya.
  • Setelah fase akut teratasi, dosis obat diturunkan dan pengobatan dilanjutkan sampai gejala benar-benar hilang. Pasien dianjurkan untuk “hidup normal” dan menjaga agar waktu atau pola tidur dan makan dijaga pada jam yang sama setiap hari (hidup teratur), makan dengan jumlah kalori yang cukup, menghindari alkohol dan narkoba.

Itu dia sedikit informasi tentang bipolar, si gangguan kejiwaan penyerang mood. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Bipolar, Si Gangguan Kejiwaan Penyerang Mood"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel