Mengenal Kayu Putih, Tanaman Penghasil Minyak Penghangat Tubuh Bayi

Anda pasti sangat mengenal minyak yang satu ini, minyak yang selalu menemani keseharian kita, mulai dari kecil sampai dewasa. Minyak kayu putih, tentu saja nama ini sudah sangat melegenda. Terlepas dari khasiatnya, mengenal kayu putih, tanaman penghasil minyak penghangat tubuh bayi ini menjadi sangat menarik untuk dibahas.

minyak-kayu-putih
Ilustrasi minyak kayu putih (Gambar: shutterstock)

Sebenarnya sudah banyak sekali pembahasan tentang kayu putih, salah satunya catatan dari Adi Mustika dan Yda Agus Surono yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 501.

Minyak Kayu Putih Berasal dari Daun Kayu Putih

Kayu putih, pohon penghasil minyak kayu putih ini warnanya memang putih, meskipun tidak putih secara keseluruhan. Tanaman ini dikenal dengan minyak atsirinya yang saat ini dijual dengan berbagai merek, dengan nama generik minyak kayu putih.

Minyak penghangat yang sering ditorehkan ke bayi atau anak setelah mandi ini memang memiliki banyak merek. Namun, semuanya, berbahan dasar sama, yaitu oleum cajuputi yang berasal dari pohon kayu putih.

Pohon yang satu ini jarang ditemui diperkotaan, mungkin bisa saja karena tingginya yang bisa mencapai 10 sampai 20 meter. Hal ini tentu dibutuhkan lahan yang luas.

Nama kayu putih sendiri diberikan yang mengacu pada warna kulitnya yang berwarna putih keabu-abuan. Namun, ada juga jenis lain yang warna kulitnya kecoklatan, seperti pohon kebanyakan.

Baca juga: Tillandsia, Tanaman yang Mampu Bertahan Hidup Tanpa Media, Tanpa Air dan Tanpa Akar.

Kayu putih bisa tumbuh di tanah tandus, tahan panas, dan bisa bertunas kembali. Tidak heran kalau pohon ini sering dijadikan tanaman penghijauan pada lereng yang tandus, yang membuat lereng menjadi sejuk saat pohon ini sudah besar.

Selain menjulang tinggi, pohon kayu putih memiliki kekhususan pada kulitnya, yaitu mudah dikelupas. Kulitnya begitu tebal dan empuk. Meskipun begitu, kayunya keras, berat dan berserat panjang. 

Kayunya mudah dibelah dan gampang retak atau mudah dimakan bubuk (kumbang yang sangat kecil dan berkulit keras).

Kayu putih ini tersebar mulai dari deretan Australia sampai kawasan timur Indonesia, seperti Papua, Pulau Seram, dan Pulau Buru.

Pembudidayaannya di Indonesia diperkirakan dimulai sekitar tahun 1600-an oleh George Runf, seorang pedagang berkebangsaan Belanda. Jenis yang dikembangkan saat itu, yaitu Melaleuca leucadendra dan M. cajuputi.

Untuk di Jawa, kayu putih sengaja didatangkan dan ditanam orang, seperti yang terdapat di Gunung Kidul, Yogyakarta. Di habitat aslinya kayu putih tumbuh di dataran rendah yang panas. Jarang dijumpai di pantai atau pegunungan yang tinggi dan dingin.

Daya tahan kayu putih ini juga luar biasa, meskipun terjadi kebakaran, tunas baru akan tumbuh beberapa waktu kemudian.

Di Taman Nasional Wasur, Merauke. Tanaman ini sering terbakar saat musim kemarau. Namun sebaliknya saat musim hujan, akan tergenang air dengan tinggi 50 sampai 100 cm, meskipun begitu tanaman ini tetap kuat dan tidak layu.

Di seluruh dunia terdapat sekitar 100 jenis kayu putih dari marga Melaleuca. Di Taman Nasional Wasur terdapat beberapa jenis yang dalam bahasa Karum di bedakan atas ru (Melaleuca symphyocarpa), mer (Melaleuca sp), mbenjin (Melaleuca sp.), wereure (M. cajuputi) dan wom (Melaleuca sp.).

Perkembangbiakan Kayu Putih

Dari keseluruhan kayu putih, yang menarik perhatian orang adalah bunganya. Bunga itu sebenarnya terbentuk dari sekumpulan bunga kecil. Kelompok bunga ini muncul di ujung cabang atau pada tonjolan kecil di sepanjang cabang. Daun bunganya mengecil dan tertutup oleh keindahan benang sarinya yang berwarna macam-macam, yaitu merah, merah jambu, lembayung, ungu, dan kuning.

Pada musim semi, sekitar September hingga November bila di Australia, rumpun kayu putih biasanya memasuki masa berbunga. Namun terkadang kayu putih juga berbunga secara tidak teratur.

Menyusul masa berbunga, kemudian muncul tiga kapsul biji. Masing-masing mengandung banyak biji kecil. Namun sayang, polong biji tersebut tidak akan terbuka jika tidak dirangsang oleh, misalnya kebakaran atau matinya tanaman kayu putih tersebut.

Tentu saja hal ini menjadi persoalan, untuk itu agar bisa memperoleh biji yang akan digunakan untuk memperbanyak pohon kayu putih. Terdapat cara lain yang bisa dilakukan, dengan cara memilih kapsul biji yang berusia setidaknya satu tahun. Kapsul-kapsul tersebut dikumpulkan dalam wadah terbuka dan hangat. Kemudian sekitar 2 sampai 3 hari  biji-biji didalamnya dijamin akan keluar dari kapsulnya. 

Baca juga: Bahan-bahan Alami Pengganti Lotion Nyamuk.

Untuk mengecambahkannya tidak sulit. Tidak ada pra kondisi khusus. Kecambah akan tumbuh pada hari ke-14 sampai hari ke-30, tergantung spesiesnya.

Bila terlalu lama menunggu kecambah, maka bisa dipakai cara potong. Model perbanyakan cara vegetatif ini harus dilakukan jika ingin memperoleh keturunan yang persis sama  dengan induknya. Potong dahan sepanjang 75 sampai 100 mm dan sisakan daunnya sekitar sepertiganya. Lukai bagian bawahnya dengan mengeratnya, kemudian olesi dengan hormon pertumbuhan untuk merangsang tumbuhnya akar. Begitu akarnya sudah menampakkan diri, tumbuhan baru ini siap untuk ditanam.

Khasiat Kayu Putih

Di antara bagian kayu putih, daun menjadi bagian yang paling banyak dipakai dalam pengobatan. Mulai dari rematik, nyeri pada tulang dan saraf (neuralgia), radang usus, diare, perut kembung, radang kulit, eksem, sakit kulit karena alergi, batuk demam, flu, sakit kepala, sakit gigi, sampai sesak napas (asma).

Kulit kayu putih pun mujarab untuk beberapa penyakit, misanya, lemah tidak bersemangat dan susah tidur. Pemakaiannya, kulit kering sebanyak 6 sampai 10 gram dipotong-potong seperlunya, kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, baru disaring dan diminum.

Kulit muda bersama sedikit jahe dan asam bisa pula untuk mengobati luka bernanah. Caranya, setelah dikunyah, tempelkan ramuan tersebut pada luka terbuka yang bernanah. Ramuan ini akan menghisap nanah dari luka dan membersihkannya.

Daun menjadi bagian kayu putih yang penting diambil saripatinya untuk dijadikan minyak kayu putih. Bila diremas akan segera tercium bau khas minyak kayu putih. Bau tersebut menjadi aroma khas minyak atsiri yang dihasilkan oleh sel kelenjar minyak sebagai metabolit sekunder.

Minyak atsiri terlihat dalam bentuk bintik-bintik transparan dalam daun segar saat diterawang. Jumlahnya pun tidak banyak. Pada daun segar jumlah minyak atsiri hanya berkisar 0,8 sampai 1,5%.

Untuk mendapatkan minyak atsiri dari daun kayu putih, harus dilakukan penyulingan. Bisa dengan cara sederhana, bisa pula dengan teknologi canggih. 

Di Wasur, penyulingan dilakukan dengan cara dan peralatan sederhana. Daun yang akan disuling dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditambahi air secukupnya dan ditutup rapat, kemudian dipanaskan dengan api tungku. Uap yang terbentuk dialirkan melalui pipa yang dilengkapi dengan pendingin sehingga terjadi pengembunan. Tetes-tetes cairan dari pipa pendingin itulah “minyak kayu putih” hasil penyulingan.

Berdasarkan informasi penduduk Wasur, pemanenan daun untuk disuling dilakukan pada kayu putih yang sudah berumur 50 tahun atau lebih. Pohon-pohon yang sudah dipetik daunnya akan dipanen lagi setelah 7 sampai 9 bulan kemudian. Berdasarkan pengalaman, daun muda lebih banyak menghasilkan minyak daripada yang tua. Selain itu, produktivitasnya akan lebih baik jika penyulingan dilakukan di saat musim kemarau.

Dari sekian jenis kayu putih yang ada di Wasur, maka daun kayu putih jenis ru (M. symphyocarpa) menghasilkan minyak atsiri terbanyak bila dibandingkan dengan jenis lainnya. Dari bahan daun sebanyak 150 kg ditambahkan dnegan air sebanyak 60 liter bisa menghasilkan 2,5 liter minyak kayu putih.

Kemudian minyak hasil penyulingan sederhana tersebut dan masih agak terasa lengket tersebut jika dioleskan pada kulit tersebut, selanjutnya disetor ke pabrik untuk dimurnikan lagi, sehingga diperoleh 100% oleum cajuputi seperti yang banyak dijual dipasaran dengan berbagai merk.

Untuk mengetahui kemurnian minyak kayu putih tersebut, cukup dikocok-kocok botolnya. Bila murni, gelembung-gelembung yang muncul di permukaan minyak akan segera menghilang. Bila tidak murni, karena dicampur minyak tanah atau bensin misalnya, maka gelembung-gelembung yang terbentuk tidak cepat menghilang.

Itu dia sedikit informasi tentang mengenal kayu putih, tanaman penghasil minyak penghangat tubuh bayi. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Mengenal Kayu Putih, Tanaman Penghasil Minyak Penghangat Tubuh Bayi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel