Tips Meraih Beasiswa ala Ahmad Fuadi, Penulis Trilogi Negeri 5 Menara

Melanjutkan pendidikan ke jenjang tertinggi tentu menjadi idaman setiap orang yang ingin menuntut ilmu. Namun bagaimana bila biaya menjadi kendalanya. Tenang, kali ini Anda tidak sendiri, disaat kondisi yang tidak menguntungkan siapa pun, tips meraih beasiswa ala Ahmad Fuadi, penulis trilogi “Negeri 5 Menara” ini semoga bisa mencerahkan.

tips-meraih-beasiswa
Ilustrasi (Gambar: scholarshipintl.com)

Memang sudah sangat banyak informasi, tips dan juga referensi untuk bisa melanjutkan pendidikan di jenjang lanjutan, termasuk cara mendapatkan beasiswa. Namun catatan dari Ahmad Fuadi dengan berbagai pengalamannya yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 569, semoga bisa menginspirasi Anda.

Tips Jitu Mendapatkan Beasiswa S2 Berdasarkan Pengalaman Ahmad Fuadi

Anda pasti pernah mendengar, bahkan pernah membaca kisah menarik kisah dalam buku “Negeri 5 Menara”, dimana novel tersebut terinspirasi dari kisah hidup seorang Anak bernama Alif yang notabene merupakan kisah penulisnya (Ahmad Fuadi) yang belajar bersama teman-temannya di Pondok Gontor, dan bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke luar negeri, mulai Amerika Seriakt sampai Timur tengah.

Banyak pertanyaan yang disampaikan kepada Ahmad Fuadi, mulai dari bagaimana caranya bisa merebut beasiswa dari luar negeri, padahal latar belakangnya hanya dari pondok pesantren di Jawa Timur.

Jawaban ringkas atas pertanyaan tersebut adalah penulis rajin menggunakan mantera  dalam novel tersebut, yaitu “Man Jadda Wajadda” yang merupakan syair Arab, yang berarti “siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.”

Baca juga: Informasi Beasiswa “The British Chevening Awards”.

Syair tersebut diajarkan pada para santri di Pondok Modern Gontor di hari-hari pertama Ahmad Fuadi masuk kelas.

Namun, jawaban tentang seluk beluk memenangkan beasiswa tidak sesederhana itu, dimana terdapat hal spesifik yang harus dilakukan untuk memenangkan beasiswa ke luar negeri.

Cara Mendapatkan Beasiswa Unggulan dan Impian dari Sudut Pandang Ahmad Fuadi

Menurut Fuadi, beasiswa merupakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, baik melalui proses belajar di kelas atau tidak, tanpa harus membayar atau gratis. Hal ini berarti, beasiswa itu bisa meliputi program sekolah SMA, S1, S2, S3, tapi bisa juga kursus singkat (short course), pertukaran pelajar (student exchange), workshop dan juga lainnya.

Pelamarnya pun tidak harus siswa bahkan orang yang sudah bekerja juga bisa. Pengertian gratis ini bisa dalam arti 100%, dibayari mulai dari transportasi, biaya tinggal sampai tuition atau hanya sebagian.

Terdapat dua hal penting yang perlu ditanamkan dalam hati dalam mencari beasiswa, yaitu:

1. Yakinlah bahwa beasiswa itu banyak.

Setiap tahun semakin banyak organisasi dalam dan luar negeri menawarkan beasiswa. Kesempatan ini ada dimana-mana, cuma ada yang diumumkan besar-besaran di media, ada yang tidak.

2. Beasiswa itu bukan untuk orang pintar saja.

Hal ini berarti beasiswa bisa untuk siapa saja, dan untuk orang yang mau melebihkan usaha dari orang lain.

Berdasarkan pengalaman Ahmad Fuadi, ada teman-teman pintar, tapi mereka tidak mendapatkan beasiswa yang diinginkan. Namun ada juga yang TOEFL-nya tidak bagus dan IPK-nya tidak tinggi, tapi bisa mendapatkan beasisiwa.

Meskipum skor TOEFL tinggi dan IPK bagus adalah modal penting, namun tidak selalu menjadi syarat satu-satunya.

Beasiswa itu seperti buah mangga yang tergantung di pohon. Ada orang yang ingin memakan mangga, tapi hanya menunjuk-nunjuk buah tersebut dari kejauhan. Buah tersebut tidak akan terbang ke tangan kita, perlu usaha untuk merebutnya.

Delapan beasiswa luar negeri yang didapat Ahmad Fuadi, antara lain:

  • 1995 - Youth Echange Program ke Kanada. Program ini merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dan Kanada.
  • 1997 - Singapore International Founation Fellowship. Kuliah satu semester di salah satu universitas terbaik dunia, National University of Singapore.
  • 1999 - Fullbright Scholahip. Kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC.
  • 2000 - Ford Foundation Award dan Columbian School of Arts Aaward, GWU.
  • 2001 - Indonosia Cultural Foundation, New York dan Case Media Fellowship, University of Maryland.
  • 2004 - Chevening Award, Kuliah S2 di Media Arts, Royal Holloway, University of London.

Cara Memulai untuk Mendapatkan Beasiswa

Bagaimana memulainya?

1. Pasang niat yang kuat.

Artinya, kita benar-benar merasakan keinginan yang bear di dalam hati dengan alasan yang tepat pula. Cari alasan mengapa kita harus mendapatkan beasiswa. Proses ini lebih kepada dialog internal. Tanpa alasan yang kuat dan jelas, biasanya semangat mencari beasiswa menjadi cepat kempis.

2. Mencari informasi.

Langkah ini tidak sekedar bertanya sambil lalu, tapi benar-benar sebuah proyek pribadi yang meliputi segala macam cara. Yang intinya, buka mata, buka telinga dan buka pikiran untuk mendengarkan semua informasi yang ada.

Dengan internet, pencarian informasi beasiswa, semakin mudah. Ahmad Fuadi selalu menganjurkan para para pencari beasiswa dengan beraneka keyword, seperti beasiswa, scholarship, fellowship, grant dan istilah sejenis.

Beasiswa yang besar biasanya mengumumkan setiap penerimaan formulir secara terbuka di koran nasional. Atau kunjungi situs web penyedia beasiswa, seperti Fulbright, Chevening Award, ADS, Mambusho dan lainnya. Atau bisa juga berlangganan milis seperti beasiswa @yahoogroups.com, blog tentang beasiswa dan juga ada beberapa akun Facebook yang khusus berbagi informasi beasiswa.

Tentang berapa lama harus mencari beasiswa ini? Tidak ada batas waktu. Upaya pencarian ini bisa cepat menghasilkan, bisa juga lambat. 

Berdasarkan pengalaman Ahmad Fuadi, bila konsisten mencari informasi dengan berbagai cara, maka dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun kita sudah bisa mendapatkan informasi yang cukup tentang kandidat beasiswa yang akan dilamar.

Saatnya Melamar Beasiswa

Bila sudah mendapatkan beberapa beasiswa yang tampaknya cocok, maka langkah selanjutnya adalah melamar dengan mengirimkan formulir dan dokumen lain kepada pemberi beasiswa.

Baca juga: Tips Memilih Program Pascasarjana.

Tapi sebelumnya perhatikan dengan teliti persyaratan yang dituliskan. Persyaratan bahan dan dokumen yang harus diajukan ini tidak sama setiap beasiswa. Ada yang meminta banyak dokumen dan ketat, ada yang cukup longgar. Cara terbaik adalah dengan melengkapi semua dokumen yang diminta.

Secara umum, proses selekasi beasiswa biasanya melalui dua tahap, yaitu:

  • Pertama, seleksi melalui formulir yang masuk.
  • Kedua, tes atau wawancara.

Bagaimana mempersiapkan dengan baik kedua proses seleksi tersebut?

1. Anda harus menyadari bahwa kertas formulir adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mengenalkan diri kepada tim seleksi.

Karena itu, isilah formulir dengan sebaik-baiknya. Yang dilakukan Ahmad Fuadi adalah menghabiskan waktu sampai berminggu-minggu untuk mengisi form yang hanya dua lembar saja. Bukan karena lambat menulis, tapi Fuadi merasa perlu mengoreksi kesalahan kecil sekalipun. Intinya kita pastikan formulir kita istimewa, sesempurna mungkin, error free, bersih, jelas dan menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanya.

Bayangkan saja, kalau pelamar sebuah beasiswa tersebut mencapai ribuan orang, maka panitia seleksi akan menerima tumpukan lamaran yang sangat banyak. Mereka hanya punya waktu sekian detik atau menit saja untuk menyortir dan menentukan formulir yang bagus dan yang tidak.

Yang kurang bersih, tidak lengkap, bertele-tele biasanya akan masuk keranjang sampah, walau pun mungkin potensi pelamar ini sangat bagus. Kalau formulir Anda mencuri perhatian panitia seleksi, maka biasanya Anda akan dipanggil untuk wawancara.

2. Wawancara adalah satu-satunya kesempatan bertatap muka untuk meyakinkan para penyeleksi bahwa Anda berhak dan pantas mendapat beasiswa.

Menurut Fuadi, bila sudah dipanggil wawancara, biasanya ia akan mempersiapkan diri dengan melakukan riset mendalam tentang misi beasiswa, negara yang akan dituju, bidang studi yang akan diambil, bahakan kalau perlu riset tentang para pewawancara.

Agar tidak grogi, Fuadi biasnaya latihan sendiri dulu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin keluar, diulang-ulang sehingga lancar dan meyakinkan dengan logika yang jelas.

Pengalaman Fuadi yang pernah menjadi penguji, biasanya penguji suka dengan pelamar yang antusias, percaya diri tapi tidak berlebihan “menjual diri”, berbicaralah dengan artikulatif dan jelas, dan usahakan rileks. Bahkan dengan sedikit jokes juga boleh.

Setelah wawancara selesai, maka tugas kita hanya tinggal berdoa untuk mendapatkan yang terbaik. Pada titik ini terdapat dua kemungkinan, yang pertama akan dipanggil dan mendapatkan beasiswa dan Anda bisa terbang ke luar negeri untuk menuntu ilmu. Yang kedua, Anda tidak dipanggil atau disurati bahwa Anda belum berhasil.

Biasanya di surat tersebut diselipkan kata-kata penghibur, ‘silahkan mencoba lagi”. Kalau belum berhasil, coba lagi dan coba lagi. Ulang lagi proses tadi, mulai dari niat yang kuat, pencarian informasi sampai pengisisna formulir. Tidak ada ruginya mengulang, karena melamar beasiswa itu gratis. Dan juga tidak penting berapa kali Anda gagal, yang penting itu hanya satu kali Anda berhasil, karena satu kali keberhasilan akan mampu mengobati semua rasa capek dan kegagalan sebelumnya. 

Itu dia sedikit informasi tentang tips meraih beasiswa ala Ahmad Fuadi, penulis trilogi “Negeri 5 Menara”. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Tips Meraih Beasiswa ala Ahmad Fuadi, Penulis Trilogi Negeri 5 Menara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel